Internasional

Kubu Hillary Minta Penghitungan Ulang, Trump Kebakaran Jenggot

Hillary Vs Donald Trump

WASHINGTON, faktualnews.co – Kubu Hillary Clinton mulai membuat suhu politik di Amerika memanas. Pasalnya, mereka mengklaim memenangkan suara rakyat (populer vote) paling besar pada Pemilihan Presiden pada 8 November lalu seraya meminta penghitungan ulang dilakukan. Sontak hal ini membuat Presiden Amerika Serikat terpilih Donald Trump langsung kebakaran jenggot.

Klaim Trump yang mendapatkan mayoritas suara dalam Electoral College untuk menjadi presiden AS dibantah setelah muncul hasil perolehan Hillary Clinton yang memimpin popular vote atas Trump sampai selisih 2 juta suara. Dan kemungkinan masih akan bertambah sampai 2,5 juta suara karena negara-negara bagian berpenduduk besar seperti California masih mengadakan penghitungan suara hasil Pemilu.

Bagian hukum Hilary Clinton Sabtu pekan lalu sepakat turut serta dalam penghitungan kembali suara di negara bagian Wisconsin. Hal tersebut dilakukan setelah komisi Pemilu AS memenuhi permintaan calon presiden dari Partai Hijau Jill Stein yang disebut Trump menggelikan.

“Di samping memenangkan Electoral College dengan telak, saya juga memenangkan popular vote jika Anda mengesampingkan jutaan orang yang memilih secara ilegal,” ungkap Trump saat wartawan menantikan dia meninggalkan resort golf Mar-a-Lago di Florida untuk kembali ke rumahnya di New York. Namun sayang Trump tidak bisa melampirkan bukti sesuai yang dikatakannya.

Tidak seperti di Indonesia, pemenang Pemilu Presiden di AS tidak ditentukan oleh total suara pemilih, melainkan oleh suara elektoral dalam Electoral College dari negara bagian-negara bagian. Di mana setiap negara bagian memiliki jatah suara elektoral tersendiri yang disesuaikan dengan jumlah penduduk di negara bagian itu.

Trump menang Pemilu Presiden karena melewati batas minimal 270 suara elektoral dari total 538 suara elektoral, untuk disebut pemenang Pemilu. Hillary sendiri tercatat menang di tiga negara bagian itu.

Hasil penghitungan Electoral College diperkirakan selesai pada 19 Desember, sedangkan Trump dilantik pada 20 Januari.

“Akan jauh lebih mudah bagi saya untuk memenangi apa yang disebut popular vote ketimbang Electoral College karena saya hanya perlu berkampanye di tiga atau empat negara bagian dari 15 negara bagian yang saya kunjungi,” tambah Trump lagi.

Beberapa jam kemudian, Trump terus berkoar di akun media sosial miliknya dan mengatakan, “Ada kecurangan suara yang serius di Virginia, New Hampshire dan California, mengapa media tidak melaporkan ini? Bias yang serius, masalah besar!” pungkas Trump dikutip reuters.