Oknum Anggota DPRD Sumenep Tampar Karyawan Toko Emas
SUMENEP, faktualnews.co – Seorang oknum anggota DPRD Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur berinisial RAK melakukan pemukulan terhadap ARM (27), seorang karyawan toko emas di Kecamatan Pasongsongan. Politisi fraksi partai NasDem itu memukul pipi ARM menggunakan tangan kosong.
Pemukulan itu terjadi karena RAK tidak terima istrinya diduga dilecehkan ARM saat hendak membeli cincin. Pelecehan itu terjadi di tempat ARM bekerja.
Menurut pengakuan korban, kejadian pemukulan bermula saat istri RAK hendak membeli cincin di toko milik Slamet Hariyanto di Pasar Pao Desa Pasongsongan yang tak lain tempat ARM bekerja. Namun tidak ada ukuran yang pas di jarinya alias kebesaran.
“Entah dari mana awalnya, nyonya Ardi justru salah paham terhadap pernyataan saya yang mengatakan cincinnya tidak pas, lantaran lubang (cincin)nya kebesaran,” ARM.
Tersinggung dengan pernyataan itu, Nyonya Adi mengurungkan niat untuk membeli perhiasan dan bergegas pulang untuk mengadukan kepada suaminya.
Mengetahui hal itu, RAK tidak terima dan langsung mengutus dua orang kepercayaannya untuk menjeput penjaga toko dan digiring ke rumahnya.
“ED dan FD menjemput saya ke toko dan bilang bahwa saya dipanggil pak RAK. Singkat cerita sesampainya di rumahnya, si Anggota dewan itu langsung memukul saya tanpa ada pembicaraan apapun,” tandasnya.
Sementara, Nurul Hamzah, orang tua RAK mengakui anaknya memukul ARM. Meski demikian, RAK dan keluarga sudah meminta maaf kepada korban. “Kami akui memang ARM ditampar sama anak saya. Saya sudah datang ke keluarga korban, semoga kasus ini tidak sampai ke ranah hukum,” ujarnya.
Meski begitu, ia menceritakan, karena tidak terima ditampar, selang 15 menit dari kejadian tersebut. ARM bersama keluarga besarnya datang ke rumah RAK di Dusun Lebak, Desa/Kecamatan Pasongsongan dan langsung mengeroyok anggota dewan itu hingga terjatuh.
“Tidak hanya itu saja, keluarga besar ARM yang berjumlah 6 orang berusaha menusuk anak saya dengan sebilah golok. Tapi beruntung anak saya bisa mengelak. Jadi, keduanya sama-sama salah,” beber Nurul Hamzah. (pan/gwt)