Suara Netizen

Kemana Dokter RS Soegiri Ketika Warga Membutuhkan Pertolongan

Nihrul Bahi Al Haidar

 

Oleh : Nihrul Bahi Al Haidar, SH *)

Miris, begitu terdengar kabar meninggalnya seorang pasien terlantar karena tidak segera diatasi oleh dokter dengan alasan libur ataupun cuti beberapa waktu yang lalu.

Sering saya jumpai sendiri disaat akhir pekan sebagai contoh hari jum’at sore ketika pasien datang dan butuh penanganan khusus tapi tidak bisa langsung segera dilakukan penanganan karena libur akhir pekan dan menunggu hari seninnya, sehingga tak jarang hal ini dikeluhkan oleh masyarakat.

Itupun kalau akhir pekan, bagaimana dengan libur panjang dan cuti?
Soal kematian itu adalah takdir, tapi mestinya perawatan bisa lebih maksimal, pengelolaan rumah sakit perlu diperbaiki.

Di beberapa rumah sakit, terutama RS besar, dokter penanggung jawab pasien tersebut biasanya seorang yang senior, baik itu dokter spesialis atau subspesialis, maupun dokter umum. Dokter inilah yang biasanya sering berjumpa dan diingat oleh pasien/keluarganya.

Namun, seringkali dokter tersebut tidak standby lama di RS. Beberapa di antara mereka harus praktik di tempat lain, atau mengemban amanah lain. Kadang ada yang hanya visite pagi, atau malam. Di hari libur pun mereka libur atau boleh mengambil cuti.

Lalu, apakah di hari libur tidak ada dokter?
Tentu saja tidak. Setiap manajemen RS harusnya memiliki dokter jaga, seorang dokter yang standby (dalam kurun waktu tertentu, biasanya malam hari) untuk menangani kasus-kasus darurat.

Dokter jaga mungkin lebih sering terlihat di layanan darurat, tetapi mereka juga ada di ruang rawat. Beberapa RS melibatkan dokter yang lebih junior sebagai dokter jaga atau pengganti ini, namun merekalah yang akan menangani masalah-masalah pasien (terutama yang darurat) di saat dokter penanggung jawab pasien tidak ada.

Oleh karena itu, ada satu pertanyaan yang harus ditujukan untuk RSUD Dr. Soegiri Lamongan, apakah manajemen RS menyediakan dokter jaga atau dokter pengganti tersebut? Bila ada, ke manakah dokter jaga tersebut?
Ini juga merupakan bagian dari upaya menegakkan disiplin para petugas rumah sakit, baik dokter, paramedis, dan staf, bahkan kepala rumah sakit dalam mengemban tanggung jawab.

Terlebih sederet penghargaan yang diterima RSUD Soegiri, Lamongan dari Kementrian dan organisasi kesehatan dunia (UNICEF) hanya menjadi lipstik. Nyatanya, kualitas pelayanan di rumah sakit pelat merah ini begitu buruk. Dalam waktu dekat kami akan mengambil sikap dengan melaporkan kejadian tersebut kepada Presiden Cq. Kementrian Kesehatan perihal kejadian dan kronologis tersebut.

*)  Penulis merupakan Direktur Eksekutif DPC. Clean Governance Lamongan