MOJOKERTO, faktualnews.co – Pagi itu seperti pagi sebelumnya, para siswa Kelas III SDN Mojoroto, Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, tampak bahagia. Mereka memulai pelajaran dengan hati yang ceria demi menggapai cita-cita di masa depan.
Meski, para siswa ini harus belajar di tengah sempitnya ruangan di salah satu rumah dinas guru. Ruangan berukuran 2,5 X 3 meter yang berhimpitan dengan dapur itu, disulap pihak sekolah dan dijadikan tempat untuk menimba ilmu.
Hal itu terpaksa dilakukan pihak sekolah. Karena, tak ada lagi ruang kelas lain yang dapat digunakan. Setelah bangunan tua buatan tahun 1981 yang sebelumnya digunakan sebagai ruang kelas, nyaris ambruk. Bagian plafon atap ruang kelas sudah mulai lapuk dimakan usia.
[box type=”shadow” align=”” class=”” width=””]
Baca juga :
[/box]
Sebuah tiang penyangga berbahan kayu sengaja dipasang sebagai penopang agar plafon bangunan tersebut tetap bisa bertahan. Sembari menunggu keseriusan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mojokerto melakukan perbaikan. Meski, entah kapan perbaikan itu akan dilakukan. Yang pasti, hingga kini belum ada kejelasan.
Sedangkan untuk siswa kelas IV, terpaksa bertahan di ruang kelas lama yang plafonnya sudah jebol itu. Meskipun, keselamatan mereka tanpa jaminan. Sebab, pihak sekolah sudah tak bisa berbuat banyak. Karena, memang tidak ada ruang lagi yang dapat digunakan untuk kegiatan belajar mengajar.
Salah seorang guru SDN Mojoroto, Setiyo Heri, mengungkapkan, sejak empat bulan ini, kegiatan belajar mengajar siswa kelas III SDN Mojoroto memang dipindahkan. Mereka sengaja diungsikan ke salah satu rumah dinas guru yang sangat tidak layak digunakan sebagai tempat belajar.
“Sejak bulan November 2016 sudah dipindahkan kesini, karena bangunan ruang kelasnya hampir ambruk. Untuk kelas IV tetap berada di kelas itu, karena tidak ada lagi ruang kelas yang bisa dijadikan untuk kegiatan belajar,” katanya kepada awak media, Kamis (26/1/2017).
Hery menuturkan, sebelumnya ruang kelas yang nyaris ambruk itu digunakan siswa kelas III dan IV guna menimba ilmu. Para siswa terpaksa berbagi kelas karena ruangan yang tersedia di SDN Mojoroto lebih sedikit dibandikan jenjang kelas yang ada.
“Hanya ada 5 lokal ruangan disini sedangkan siswanya ada 6 kelas. Mulai dari kelas I hingga kelas VI semuanya ada siswanya. Jadi untuk kelas III dan IV terpaksa dijadikan satu ruangan dan disekat. Nah yang ambrol itu dibagian kelas III,” tambah guru kelas III itu.
Pihak sekolah sengaja memindahkan siswa kelas III ke rumah dinas guru yang juga berada dilingkup sekolah. Mereka khawatir, jika sewaktu-waktu atap bangunan itu ambruk dan menimpa siswa. Meskipun, pada dasarnya para guru juga was-was dengan keselamatan siswa kelas IV yang masih bertahan di ruang kelas lama.
“Setelah meminta izin kepala sekolah, akhirnya saya pindahkan kesini untuk yang kelas III. Kami khawatir, bangunan ini ambruk saat proses belajar mengajar, sehingga mengenai siswa,” tambahnya sembari menunjukkan ruang kelas III baru yang kondisinya tak lebih baik dari ruang kelas sebelumnya.
Menurut Hery, pihak sekolah sudah berkali-kali melaporkan kepada Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Pendidikan Kabupaten Mojokerto, perihal kondisi ruang kelas III yang nyaris ambrol itu. Namun, sayangnya keluhan itu seakan hanya angin lalu.
“Sudah beberapa kali kita laporkan, tapi belum pernah ada respon. Kami berharap segera ada perbaikan. Terus terang saja, para siswa tidak nyaman belajar dalam kondisi seperti ini,” jelas Heri.
Senada yang disampaikan Heri, Kepala Sekolah SDN Mojoroto, Slamet mengatakan, jika sejak lama pihaknya sudah berupaya meminta penambahan ruang kelas kepada UPT Dinas Pendidikan Kabupaten Mojokerto. Hanya saja, usulan yang dilontarkannya itu tak digubris.
“Katanya UPT tidak bisa, karena jumlah muridnya sedikit. Karena hanya ada sekitar 60 siswa yang belajar disini. Makanya tidak dikasih bantuan untuk bangun ruang kelas lagi,” ungkap Slamet, penuh heran.
Ia berharap, para abdi negara itu tak hanya bisa mendengar tanpa ada tindak lanjut yang jelas terkait dengan kondisi para. (vin/rep)