Peristiwa

Musim Tanam, Pupuk Bersubsidi Mendadak Hilang Diperedaran

Ilustrasi

JOMBANG, FaktualNews.co – Para petani di sejumlah wilayah di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, mulai dilanda keresahan. Mereka mengaku mulai kesulitan untuk mendapatkan pupuk bersubsidi.

Padahal, saat ini sebagian persawahan di Kabupaten Jombang, mulai memasuki musim tanam baru. Namun, segala jenis pupuk sulit didapat. Kalaupun ada, bukan pupuk bersubsidi melainkan nonsubsidi yang harus ditebus dengan harga jauh lebih mahal.

Suroso salahsatu petani Desa/Kecamatan Bareng, mengaku telah berupaya mendapatkan pupuk urea ke sejumlah distributor. Namun pihak distributor menyatakan masih kosong.

“Karena kosong, saat ini kami hanya menggunakan pupuk ponska tanpa menggunakan urea,” kata Suroso kepada awak media, Minggu (5/2/2017).

Para petani ini khawatir, jika hasil pertanian pada musim tanam ini mengalami penurunan. Sebab, komposisi pupuk yang digunakan untuk memupuk tanaman, tidak seimbang sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman.

“Khawatir juga, hasil panennya tidak bagus. Jika tidak ada pupuk urea pasti tanaman tidak akan berkembang dengan baik,” imbuhnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Jombang, Hadi Purwantoro mengaku tidak bisa berbuat banyak atas hilangnya pupuk bersubsudi di peredaran. Hal ini, akibat terjadi pengurangan kuota pupuk bersubsidi ke Kabupaten Jombang.

Pengurangan kuota tersebut telah terjadi sejak tahun 2016. Sehingga keresahan petani terhadap kelangkaan pupuk sebenarnya bukan pada musim tanam kali ini saja. Menurutnya, pada 2016 pihaknya mengajukan kuota pupuk urea bersubsidi 47.307 ton, namun yang terealisasi hanya 34.075 ton.

Pengajuan 11.118 ton pupuk jenis SP-36 terealisasi 3.086 ton. Pengajuan pupuk jenis ZA sebesar 29.397 ton terealisasi 22.067 ton. Sedangkan pengajuan pupuk jenis NPK 28.455 ton terealisasi 21.648 ton, dan pengajuan pupuk jenis organik sebesar 18.021 ton terealisasi 8.672 ton.

Sedang untuk tahun ini (2017), kata Hadi Purwantoro, dari pengajuan Dinas Pertanian terjadi pengurangan kuota untuk semua jenis pupuk. Yang terealisasi hanya 30 hingga 68 persen dari pengajuan.

“Misalnya pupuk urea dari pengajuan 49.646 ton terealisasi 31.000 ton atau 62 persen. Pupuk sp-36 dari pengajuan 9.773 ton terealisasi 3000 ton atau hanya 30 persen dari pengajuan,” ujar Hadi Purwantoro.

Guna mencapai panen yang maksimal dalam kondisi kekurangan pupuk kimia, sambung Hadi, Dinas Pertanian memberikan penyuluhan penggunaan pupuk organik. Sebab ini biayanya jauh lebih murah ketimbang harga pupuk urea nonsubsidi. Untuk pupuk, nonsubsidi sekitar Rp 4.000 per kilogram. Padahal urea bersubsidi hanya Rp 1.800 per kilogram.(on/ivi)