Advertorial

Soal Swasembada Jagung, Pemkab Lamongan Pilih Genjot Produktivitas Dibanding Perluasan Lahan

Salah satu petani saat menanam jagung di Kabupaten Lamongan.
Foto : Faishol/FaktualNews

LAMONGAN, FaktualNews.co – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lamongan lebih memilih menggenjot produktivitas untuk menaikkan produksi dalam rangka swasembada jagung. Padahal, Pemerintah Pusat melalui Kementerian Pertanian mengintruksikan perluasan lahan guna mencapai swasembada jagung pada tahun 2017.

Bupati Lamongan, Fadeli mengambil langkah membuka kawasan jagung modern di Desa Banyubang, Kecamatan Solokuro dalam programnya mencapai swasembada jagung. Kawasan jagung modern itu telah meningkatkan produktivitas dari rata-rata 5,8 ton perhektar menjadi 10,6 ton perhektar.

Opsi menggenjot produktivitas dipilih dengan alasan untuk pembukaan lahan secara masif di Lamongan sudah tidak memungkinkan. “Saya memang sedang fokus meningkatkan produksi jagung Lamongan. Tapi saya melakukannya dengan meningkatkan produktivitas, tidak dengan memperluas areal tanam. Karena jika itu yang dilakukan, maka luasan tanam untuk komoditas lain seperti padi, kedelai atau tebu akan terreduksi,” ujarnya saat melakukan tanam perdana kawasan jagung modern di Desa Tugu, Kecamatan Mantup, Kamis (09/02/2017).

Lebih lanjut Fadeli mengatakan, pertanian dengan metode modern itu sudah terbukti berhasil meningkatkan produktivitas jagung dari rata-rata 5,8 ton perhektar menjadi 10,6 ton perhektar di kawasan 100 hektar Desa Banyubang, Kecamatan Solokuro. Kisah sukses itu kini diperluas menjadi kawasan 10 ribu hektar di 12 kecamatan.

“Harapan kami metode yang sudah terbukti sukses di Banyubang itu dikawal penerapannya. Tidak hanya oleh para penyuluh pertanian, camat yang wilayahnya termasuk dalam kawasan itu juga harus turut mengawal penerapan metodenya,” bebernya.

BACA JUGA :

[box type=”shadow” align=”” class=”” width=””]

[/box]

Dinas Tanaman Pangan Holtikulturan dan Perkebunan Lamongan di musim tanam tahun ini menargetkan sasaran luas tanam jagung bisa mencapai 65.250 hektar dengan target produksi di atas 425 ribu ton.

Sedangkan produksi jagung Lamongan tahun 2016 di lahan seluas 62.737 hektar, mencapai 372.162 ton dengan produktivitas rata-rata 6,05 ton perhektar. Pertanian jagung dengan metode modern tidak hanya bisa meningkatkan produktivitas secara signifikan jikia dibandingkan dengan pertanian konvensional.

Dari rata-rata produktivitas di tahun 2016 yang mencapai 6 ton perhektar, diperoleh pendapatan kotor Rp 22 juta perhektar, dengan rasio keuntungannya Rp 10 juta perhektar. Sedangkan jika menerapkan pertanian modern yang sudah dibuktikan hasilnya di Desa Banyubang, petani bisa menaikkan produktivitas menjadi 10,6 ton perhektar dengan pendapatan kotor Rp 36 juta perhketar dan rasio keuntungan yang didapatkan sebesar Rp 23 juta perhektar. (sol/oza)