Kriminal

Remaja Mesum di Kamar Pass Mall Surabaya, Komnas Perlindungan Anak Ingatkan Peran Orang Tua

Instagram @lambe_turah

SURABAYA, FaktualNews.co – Terungkapnya kasus sepasang remaja yang berbuat mesum di kamar pas Lotte Mart Pakuwon Mall Surabaya. Komnas Perlindungan Anak (KPA) turut prihatin. Kejadian yang videonya viral tersebut dinilai merupakan dampak dari kekurangannya pengawasan orang tua dan pengaruh lingkungan.

“Seharusnya perlu ada pengawasan dari orang tua terhadap pengaruh lingkungan yang negatif,” kata Sekjen Komnas Perlindungan Anak Dhanang Sasongko saat dihubungi detikcom, Kamis (9/3/2017).

Dhanang merasa prihatin karena perbuatan tersebut dilakukan oleh pelaku yang masih duduk di bangku sekolah atau di bawah umur. Pergaulan bebas telah membawa mereka ke suatu hubungan yang tidak sehat.

Dhanang menyebut bahwa perbuatan seks bebas ini merupakan dampak dari globalisasi yang tidak bisa diantisipasi. Bahkan Dhanang menyebut bahwa apa yang terjadi sekarang ini merupakan tsunami pornografi.

Dhanang mengaku telah menemukan fenomena yang lebih memprihatinkan di Bekasi. Para pelajar secara patungan menyewa kamar-kamar kos untuk kemudian dipergunakan berbuat mesum.

“Remaja sewa kos secara patungan untuk kemudian digunakan berbuat mesum. Kasusnya ada di kami,” kata Dhanang.

Ada kecenderungan para remaja untuk selalu mencari tempat menyalurkan hasrat seksualnya. Jika dulu atau bahkan sampai sekarang banyak yang tepergok berbuat mesum di bilik warnet, maka sekarang kamar pas atau kamar ganti yang menjadi lokasi berbuat mesum.

Dhanang menduga bahwa remaja yang berbuat mesum di tempat yang tidak semestinya bukanlah karena fantasi, tetapi lebih karena kebingungan akibat hasrat seks yang tidak tersalurkan. Perbuatan itu dilakukan spontan dalam kondisi terdesak.

“Kasusnya kan pada remaja. Remaja biasanya tidak punya uang. Mereka sebetulnya kreatif, tetapi kreatif yang tidak positif,” lanjut Dhanang.

Berbuat mesum pada remaja dinilai Dhanang sebagai salah satu bentuk pelarian terhadap lingkungan yang tidak mendukungnya. Bisa jadi lingkungan sekolah, rumah, bahkan orang tua tidak mengakomodir keinginan anak.

“Ini merupakan fenomena gunung es. Solusinya adalah lingkungan harus memberi rasa aman dan nyaman pada anak. Orang tua harus lebih perhatian pada anak, pondasi agama, dan sekolah yang mendukung,” tandas Dhanang. (detik.com)

[box type=”shadow” ]

BACA JUGA :

[/box]

Share
Penulis