MANADO, FaktualNews.co — Akhir-akhir ini kasus penculikan anak kian santer didengar di kota-kota besar. Lantas beredar kabar penyebab maraknya penculikan anak karena penjualan organ tubuh mahal.
Informasi yang dihimpun, harga organ tubuh manusia mencapai lebih dari Rp 5 miliar di pasar gelap. Paling mahal organ tubuh ginjal, hati, dan jantung.
“Karena mahalnya organ-orang tubuh manusia ini sehingga pelaku tidak segan-segan mengambil resiko besar. Bahkan ada juga orang yang ingin menjual secara sukarela ginjalnya untuk uang. Pernahkan heboh kan ada ayah ingin menjual ginjalnya untuk biaya kuliah anaknya. Ini karena manusia masih bisa hidup dengan satu ginjal,” ujar sumber yang meminta namanya disimpan, seperti dilansir Manadopostonline, Sesnin (20/3/2017).
Terpisah, pengamat hukum Maximus Watung menilai, anak paling banyak dijadikan objek penculikan karena umumnya masih polos. “Anak-anak polos dan mudah percaya dengan orang asing jika tidak dididik orangtua. Anak mudah dirayu dengan iming-iming permen, kue, bahkan uang. Anak juga belum bisa membedakan orang yang berniat jahat dan tidak. Apalagi umumnya pelaku penculikan bersikap manis untuk merayu anak-anak,” ujarnya.
Lanjutnya, secara fisik anak juga lemah. Itu juga salah satu alasan sering dijadikan sasaran penculikan. “Karena pelaku tidak mau mengambil resiko jika menculik orang dewasa. Tapi kalau anak lemah dan masih kecil, sehingga gampang diredam jika ada perlawanan,” katanya.
Menurutnya, orangtua harus menjadi benteng paling pertama untuk melindung anak-anak. “Saya rasa jika orangtua mengawasi anak-anak dengan benar maka penculikan itu tidak akan terjadi. Sebab suatu tindak kejahatan bisa terjadi karena ada peluang,” jelasnya.
Selain di lingkungan rumah dan tempat beriman anak, sekolah juga sering menjadi incaran pelaku penculikan. Terkait hal ini, Kepala Dinas Pendidikan Sulut Asiano Kawatu mengimbau kepala sekolah dan guru untuk perketat pengawasan terhadap siswa.
“Fenomena itu memang tak dapat dipungkiri. Dari tahun ke tahun tetap ada. Karena itu kita perlu terus waspada. Saya sudah WA (WhatsApp) ke kepsek-kepsek untuk semakin intensif mengawasi para siswa, termasuk lingkungan sekitar sekolah,” ungkapnya.
Namun, ia mengingatkan para guru untuk tetap menanamkan nilai keberanian kepada para siswa. “Jangan karena was-was, kemudian para guru menakut-nakuti,” jelasnya.
Selain itu menurutnya, hal ini perlu disikapi bersama seluruh komponen masyarakat. “Orangtua dan masyarakat pun perlu kerja sama mengawasi,” katanya.
Pengamat pendidikan Sjamsi Pasandaran menganggap, fenomena ini perlu disikapi serius dunia pendidikan. Sekolah harus menjamin anak-anak tetap di lingkungan sekolah selama jam sekolah. “Mata pelajaran tidak boleh kosong, harus terus diisi. Jangan biarkan siswa bebas berkeliaran di luar,” imbaunya.
Selain itu, sekolah perlu mengenal siapa saja yang dapat berinteraksi dengan anak-anak. “Para pedagang mau pun sopir minimal sekolah tau siapa mereka. Kalau perlu yang mau jual harus di dalam pagar sekolah, biar anak-anak tetap ada dalam pengawasan,” katanya.
Ia pun mengungkapkan petugas keamanan harus dioperasikan untuk awasi siswa saat istirahat atau ketika pulang sekolah. “Sekolah harus menjamin anak-anak pulang dengan aman,” katanya.
Karena itu kerjasama sekolah dengan orangtua siswa dan masyarakat harus lebih erat lagi. “Harus saling koordinasi demi keselamatan anak,” kuncinya.
Sementara itu, Kabid Humas Polda Sulut Kombes Pol Ibrahim Tompo mengatakan, pihak kepolisian akan mengusut tuntas kasus penculikan. “Saat ini kasus penculikan yang marak terjadi sudah menjadi atensi kepolisian. Apalagi korbannya adalah anak-anak kecil,” ungkapnya semalam.
Dia juga menambahkan, para pelaku penculikan dapat dikenakan hukuman berlapis. “Karena korbannya anak-anak, para pelaku ini bisa dikenakan hukuman berlapis tergantung modus penculikan itu sendiri,” tuturnya.
Tompo menegaskan, masyarakat tidak perlu resah dengan isu penculikan. Namun dia meminta orangtua tetap waspada. “Kepolisian bakal mengawal kasus ini, untuk itu sinergitas pihak keamanan dan masyarakat sangat diperlukan. Namun tetap diharapkan kewaspadaan dan pengawasan terhadap anak-anak yang sering bermain di luar rumah, terutama dari orangtua,” pungkas perwira tiga melati ini.
Lanjutnya, terkait dugaan anak diculik dengan modus dijual organ tubuh belum terjadi di Sulut. “Kalau di Sulut belum ada modus seperti itu. Karena kasus-kasus penculikan akhir-akhir ini juga para korban masih ditemukan dalam keadaan selamat,” katanya.
Sekedar diketahui, selang dua pekan ini sudah terjadi tiga kasus penculikan di tiga tempat berbeda. Terbaru, terjadi jumat lalu di Kelurahan Mahawu, Lingkungan IV, Kecamatan Tuminting. Yang menjadi korban Alvareza Bilondatu (12), siswa SMP Negeri 11 Manado. (*/oza)
[box type=”shadow” ]
BACA JUGA :
[/box]