JOMBANG, FaktualNews.co – Menteri Ketenagakerjaan RI, Hanif Dhakiri meminta perguruan tinggi membekali mahasiswa dengan keterampilan kerja. Hal itu guna mengurangi peningkatan angka pengangguran.
Pernyataan tersebut disampaikan Menteri Hanif saat menyampaikan orasi ilmiah dalam acara Wisuda Sarjana dan Pascasarjana Universitas Darul Ulum (Undar) Jombang, Selasa (28/3/2017).
Dalam kesempatan itu, Hanif mengatakan, Indonesia dihadapkan dengan tiga persoalan terbesar yaitu mengenai kemiskinan, ketimpangan sosial, dan pengangguran. Untuk angka pengangguran, didominasi oleh masyarakat yang justru memiliki pendidikan tinggi. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin besar potensi memilih pekerjaan. Sebagaimana iungkapkan Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri.
“Menurut badan survey, tingkat pengangguran sebesar 5,61 persen atau sekitar tujuh juta orang, adalah masyarakat yang memiliki pendidikan tamatan SMA dan perguruan tinggi. Namun angka tersebut mengalami penurunan dari yang sebelumnya mencapai 6,8 persen,” ujarnya.
Lebih lanjut diungkapkan, problem kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap tenaga kerja masih menjadi kendala utama dalam menekan angka pengganguran. Sementara diketahui, Indonesia memiliki potensi yang sangat luar biasa baik potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan budayanya. Pada tahun 2030 Indonesia menurut Hanif, diprediksi menjadi negara urutun nomor 7 negara ekonomi terbesar di dunia.
“Guna mencapai urutan tersebut Indonesia harus mempersiapkan sedikitnya 113 juta tenagakerja terampil sedangkan pada tahun ini tenaga kerja terampil yang dimiliki Indonesia hanya sekitar 57 juta,” tambahnya.
Oleh karenanya, Hanif melalui kementerian Ketenagakerjaan akan mencetak sekitar 56 juta tenaga kerja terampil dalam kurun waktu 13 tahun. Atau 3,34 juta tenaga kerja terampil setiap tahunnya.
Pria kelahiran Salatiga, Jawa Tengah ini juga mengingatkan, peran pendidikan formal perguruan tinggi maupun badan latian kerja (BLK) yang menjadi satu instrumen penting untuk melonjakkan tenaga kerja terampil di Indonesia. “Menjadi PR penting bagi perguruan tinggi bagaimana memastikan produksi tenaga kerja dengan memperhatikan orientasi pasar kerja sendiri,” terangnya.
Hanif memberikan contoh sebagaimana pasar kerja lulusan perguruan tinggi fakultas pendidikan agama, setiap tahunnya hanya dibutuhkan sebanyak 3.500 orang. Sedangkan Indonesia mampu menghasilkan lulusan pendidikan agama dari seluruh perguruan tinggi agama Islam setiap tahunnya sebanyak 35 ribu.
Jumlah yang terpaut jauh antara produksi dan pasar kerja yang mengakibatkan banyaknya pengangguran. “Jadi, perguruan tinggi, selain memastikan produksi, setidaknya harus dapat juga memastikan orientasi pasar kerja,” pungkas Hanif. (mjb2/oza)
[box type=”shadow” ]
BACA JUGA :
[/box]