FaktualNews.co

Kisah Nenek Ratun, Kehilangan Anak, Menantu dan Enam Kerabatnya yang Tertimbun Tanah Longsor

Peristiwa     Dibaca : 1600 kali Penulis:
Kisah Nenek Ratun, Kehilangan Anak, Menantu dan Enam Kerabatnya yang Tertimbun Tanah Longsor
Nenek Ratun ( 70) ,korban selamat tanah longsor Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo menyeka air matanya saat kerabat mengunjunginya di tempat pengungsian, Senin ( 3 / 4 / 2017) . Ratun menangis teringat anak dan menantunya yang hilang tertimbun tanah longsor. Copy writer : (Kompas.com)

Nenek Ratun ( 70) ,korban selamat tanah longsor Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo menyeka air matanya saat kerabat mengunjunginya di tempat pengungsian, Senin ( 3 / 4 / 2017) . Ratun menangis teringat anak dan menantunya yang hilang tertimbun tanah longsor. Copy writer : (Kompas.com)

 

PONOROGO, FaktualNews.co – Bencana longsor yang terjadi di Dusun Tangkil, Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Ponorogo, Jawa Timur, menelan puluhan korban dan meluluhlantakkan puluhan rumah.

Nenek Ratun (70) tak sanggup menahan tangis tatkala salah satu kerabat mengunjunginya di rumah pengungsian di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Senin ( 3/4/2017).

Rupanya pagi itu, Ratun teringat dengan anak dan menantunya dan enam kerabatnya yang hilang tertimbun tanah longsor di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, Sabtu (1/4/ 2017) pagi.

“Semuanya habis. Rumah, anak, menantu, dan enam kerabat saya hilang tertimbun tanah longsor,” ujar Ratun.

Sebelum tanah longsor menimbun rumahnya, Ratun menceritakan dirinya saat itu sedang mencari pakan ternak di hutan yang lokasinya cukup jauh dari titik longsor.

Sementara itu anaknya, Poniran (30) dan menantunya, Prapti (24) berada di rumah, sementara cucunya, Brian (10), sudah berangkat ke sekolah.

“Anak saya Poniran sedang tidur karena sakit demam. Kalau Prapti, saat itu sedang mencuci piring di dapur dan Brian sudah berangkat sekolah,” kata Ratun.

BACA JUGA :

Tidak ada firasat

Saat berangkat mencari rumput untuk sepuluh ekor kambingnya, Ratun tak memiliki firasat buruk.

Kondisi cuaca yang cerah membuatnya semangat mencari rumput untuk pakan sepuluh ekor kambingnya. Namun saat mencari rumput, tiba-tiba ia mendengar suara gemuruh yang sangat kencang.

Tak hanya itu, ia merasakan tanah bergetar seperti terjadi gempa. “Suaranya sangat keras dan getaran tanahnya sangat terasa seperti gempa,” ujar Ratun.

Mendengar suara keras itu, Ratun langsung berlari menghampiri rumahnya yang posisinya berada di lereng.

Namun, saat sampai ke desa, Ratun melihat tanah longsor sudah mengubur seluruh rumah yang berada di bawah bukit termasuk rumah bersama anak dan menantunya.

“Melihat tanah longsor menimbun rumah, saya langsung lemas dan menangis. Saya bingung mau berbuat apa,” ungkap Ratun.

Kesedihan Ratun makin menjadi lantaran korban hilang akibat tertimbun tanah longsor bukan menimpa anak dan menantunya saja.

Setelah berkumpul di tempat pengungsian, ia mendapatkan kabar, enam kerabatnya juga hilang.

Keenam kerabatnya itu yakni Mujirah, Yati, Sipurnomo, Misri, Adnan dan Pita.

Kehilangan anak, menantu dan harta bendanya, Ratun kebingungan. Selain usianya yang sudah renta, Ratun juga harus menjaga cucunya, Brian, yang selamat dari amukan tanah longsor.

“Saya belum tahu nanti saya tinggal dengan siapa kalau sudah tidak di lokasi pengungsian lagi. Saya pasrahkan semuanya pada Allah,” kata Ratun.

(Kompas.com/Muchlis Al Alawi)

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
S. Ipul
Sumber
Kompas.com