Rita Koesma, Kartini Pejuang Literasi Masa Kini
JAKARTA, FaktualNeews.co – “Tua itu tidak bisa dihindari, tapi bagaimana kita bisa hidup bermanfaat sampai akhir hayat.” Kutipan bermakna dari seorang Rita Koesma (64) ini mewakili semangat juang Kartini masa kini.
Rita pantas dijuluki sebagai sosok ‘Kartini’ era moderen. Di usianya yang tidak lagi muda, tapi semangatnya masih berapi-api. Separuh hidupnya didedikasikan untuk mendirikan perpustakaan dan mengajar anak-anak tidak mampu.
Pintu rumahnya di Jalan Bukit Raya Selatan 226, Punclut, Ciumbuleuit, Kota Bandung, terbuka bagi siapa saja yang ingin belajar dan membaca buku. Plang sederhana bertuliskan ‘Rita Home Library’ menyambut detikcom saat berkunjung ke kediaman Rita.
Di dalam rumah sederhana itu, Rita membangun perpustakaan. Sejak tahun 2000, secara bertahap, Rita yang merupakan lulusan Fikom Unpad jurusan Ilmu Perpustakaan itu mengumpulkan buku. Hingga kini ada 12 ribuan judul buku di rumahnya.
Rita bercerita, sejak kecil memang senang sekali membaca. Namun dia kesulitan untuk bisa membeli buku, karena orang tuanya bukan berasal dari keluarga kaya.
“Awalnya dulu, sejak kecil kan senang membaca. Tapi sulit untuk mendapatkan buku. Harus pinjam-pinjam, bahkan kadang barter dengan karet gelang,” kisahnya kepada detikcom, Jumat (21/4/2017).
Sejak SD dia sudah bertekad, kelak saat Rita sudah mampu membeli buku sendiri, perempuan yang karib disapa Ambu itu ingin memiliki rumah buku untuk disewakan.
“Waktu SD saya berpikir, pokoknya saya nanti harus punya rumah buku. saya mau pinjamkan ke teman-teman saya, ke orang-orang,” kata lulusan SD Banjarsari Bandung itu.
Rita merintis perpustakaan sejak 1995, saat dia bekerja menjadi pustakawan di Bandung International School. Namun kala itu, masih berpindah-pindah.
“Awalnya di teras orang tua, di Jalan Setiabudi, lalu pindah ke teras mertua di Tubagus Ismail. Pindah juga ke Sawunggaling. Akhirnya pelan-pelan Ambu nyewa kontrakan kecil di Punclut. Lalu beli tanah tanah sini, dibangun bertahap,” tutur ibu dua anak ini.
Mimpi Rita memiliki perpustakaan sendiri terwujud. Batinnya merasa bahagia karena bisa memberikan manfaat untuk orang-orang sekitarnya. Bantuan silih berganti berdatangan. Ada yang memberikan bantuan buku, alat tulis, hingga bantu untuk membangun rumah Rita yang sekaligus menjadi perpustakaan sekaligus rumah belajar itu.
“Saya hanya seorang Ambu, tidak punya kekuasaan, harta atau uang banyak. So, what can i do? Saya dilahirkan pasti dengan kemampuan berbeda. Maka saya akan cari cara untuk bisa menolong orang lain. Saya ingin semua orang bisa baca buku, mudah untuk mendapatkan buku,” ujar Rita. (*/oza)