Pendidikan

Upaya Pemerintah Atasi Tingginya Angka Kematian Ibu dan Bayi di Probolinggo

Ilustrasi

 

PROBOLINGGO, FaktualNews.co – Angka kematian ibu dan bayi di Kabupaten Probolinggo saat ini masih tinggi, pada 2013 tercatat ada 201 kasus kematian bayi, tahun 2014 sebanyak 235 kasus, tahun 2015 ada 242 kasus dan tahun 2016 sebanyak 223 kasus.

Sementara kematian ibu pada tahun 2013 ada 12 kasus, tahun 2014 meningkat jadi 24 kasus, tahun 2015 mencapai 26 kasus dan tahun 2016 sebanyak 26 kasus.

Kondisi ini tidak bisa dibiarkan. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten Probolinggo berupaya menekan angka kematian ibu dan bayi.

BACA :

Salah satu yang dilakukan adalah sosialisasi. Dalam kegiatan itu, Dinas Kesehatan memberikan materi tentang analisa kematian bayi Kabupaten Probolinggo, kebijakan program kesehatan ibu dan anak serta dukungan dan komitmen lintas sektor dan lintas program.

Kegiatan ini dilakukan di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Probolinggo.

Dalam kesempatan tersebut juga dilakukan penandatanganan komitmen bersama dalam rangka menurunkan jumlah angka kematian ibu dan bayi di Kabupaten Probolinggo.

“Salah satu cara yang kami lakukan ya sosialisasi dan bentuk komitmen untuk menekan angka kematian ibu dan bayi tahun ini dan tahun-tahun berikutnya,” kata Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Probolinggo Moch Asjroel Sjakrie seperti ditulis tribunjatim.com, Jumat (28/4/2017).

Dia mengatakan, kematian ibu, bayi dan balita merupakan salah satu parameter derajat kesehatan suatu negara.

MDGs dalam goals 4 dan 5 mengamanatkan bahwa angka kematian balita harus mampu diturunkan menjadi 2/3 dan kematian ibu turun ¾ pada tahun 2015.

Tahun 2015 angka kematian bayi menjadi 17/1000 kelahiran hidup (KH), balita menjadi 23/1000 KH serta angka kematian ibu diharapkan turun menjadi 125/100.000 KH.

“Tentunya tidak mudah untuk mencapai angka-angka tersebut, mengingat banyak faktor lain yang turut berpengaruh,” katanya.

Hal itu, sulit untuk diwujudkan tanpa ada kerja keras dan kerja cerdas serta dukungan dari semua pihak. Ia mencontohkan, di Kecamatan Wonomerto kematian bayi tahun 2017 ini sudah ada 19 kasus dan ibu sebanyak 2 kasus.

“Tapi kami optimis, angka ini bisa kami kurangi di tahun depan. Kami akan lakukan segala upaya agar kondisi ini tidak terus – terusan terjadi,” tandas Asjroel.

Dari hasil penelusuran, dikatakan Asjroel,  ada tiga faktor yang menjadi penyebab kematian bayi.

Yakni, terlambat mendeteksi adanya resiko tinggi, mengambil keputusan dan mencapai sarana pelayanan kesehatan yang kurang cepat.

“Hal tersebut perlu penelusuran akar penyebab masalahnya melalui audit maternal perinata (pengkajian masalah kematian bayi). Untuk mengatasi masalah yang terkait di masyarakat maka perlu pembahasan kasus sosial yang sesuai kondisi puskesmas,” jelasnya. (*/rep)