MOJOKERTO, FaktualNews.co – Karena tidak mendapatkan bantuan fisik dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mojokerto, masyarakat di eks Desa Sendi secara swadaya membangun kincir angin agar bisa teraliri listrik dan air untuk kebutuhan mereka.
Ketua Forum Perjuangan Rakyat (FPR) Sendi, Suparji (59) menuturkan, karena tidak mendapat bantuan pembangunan dari pemerintah daerah setempat masyarakat secara swadaya membangun fasilitas umum diantaranya, kincir angin, musala dan fasilitas lainnya.
“Uang dari pengelolaan parkir dan bambu yang ditanam warga di hutan, digunakan untuk membangun fasilitas umum. Karena selama ini, warga juga menanam bambu yang kemudian hanya dijual kepada masyarakat eks Desa Sendi. Selain itu juga mengelola parkir di warung yang ada di kuliner khas Sendi, nasi jagung,” katanya seperti ditulis beritajatim.com, Rabu (3/5/2017).
Baca : Waspada Longsor di Gresik, Ini Peta Rawan Bencana yang Perlu Diketahui Warga
Menurutnya, selain tanaman bambu juga agar tidak terjadi longsor karena eks Desa Sendi berada di lereng Gunung Welirang.
Suparji menjelaskan, untuk mendapatkan aliran listrik dan air, masyarakat diminta uang iuran sebesar Rp5 ribu sampai Rp30 ribu yang nantinya akan digunakan untuk membangun fasilitas umum.
“Iuran air dan listrik dari warga sebesar Rp5 ribu sampai Rp30 ribu, untuk pengelolaan parkir dapat Rp200 ribu per minggunya. Awalnya kincir angin tenaga air itu kita buat secara sederhana pada 2003, tapi kemudian tidak menyala dan panel terbakar. Saat itu masih mengaliri untuk 14 rumah,” ujarnya.
Baca : Wisata Baru Claket Adventure Park Mulai Diserbu Wisatawan, Meski Pembangunan Masih 30 Persen
Kemudian FPR studi banding ke Seloliman dan dibantu dengan tenaga ahli ITS mengajukan dana ke sebuah lembaga internasional. Pengajuan dana tersebut kemudian dikabulkan dan eks Desa Sendi mendapatkan dana bantuan sebesar Rp360 juta. Uang tersebut digunakan untuk membangun kincir angin yang dikerjakan oleh tenaga ahli dari Bandung pada 2006.
“Akhirnya, sekitar 2008 nyala dan bisa mengaliri 27 rumah dan saat ini mengaliri 99 warung dan 50 rumah. Sebelum ada listrik, masyarakat menggunaka lampu strongking. Sementara untuk pengelolaan iuran air, listrik dan parkir dimasukkan ke dalam kas. Pada 2016, uang kas kita ada Rp31 juta. Ini yang kita gunakan untuk pembangunan fasilitas umum selama ini,” pungkas Suparji. (*/REP)