MOJOKERTO, FaktualNews.co – Minimnya jumlah siswa di SDN Tanjungkenongo 2 memaksa Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, harus mengambil langkah cepat. Pihak sekolah pun pernah mengusulkan untuk memfilialkan sekolah tersebut dengan sekolah lain.
“Beberapa hari lalu saya pernah usul saat rapat bersama para kepala sekolah juga dengan Kepala UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Pacet. Dengan kondisi seperti ini bagaimana,” kata Kepala Sekolah SDN Tanjungkenongo 2,Suharno kepada FaktualNews.co, Senin (15/5/2017).
Menurutnya, dari meja rapat itu, muncul wacana jika sekolah tersebut akan difilialkan ke SDN Tanjungkenongo 1. Hal itu guna mempermudah proses administrasi siswa yang ada di sekolah tersebut.
BACA JUGA
[box type=”shadow” ]
[/box]
“Difilialkan berbeda dengan digabung. Jika digabung, bangunan SDN Tanjungkenongo 2 pasti ditiadakan. Kalau difilialkan, bangunan SDN Tanjungkenongo 2 tetap ada, hanya struktur penanggung jawabnya dijadikan satu dengan SDN Tanjungkenongo 1,” tegasnya.
Suharno menuturkan, sekolah yang berdiri mulai tahun 1985 ini mulai mengalami kekurangan siswa sejak tahun 2016 dan 2017. Anak-anak di sekitar sekolah memilih menempuh pendidikan di sekolah lain yang juga berada di desa tersebut.
“Ini karena anak-anak asal Dusun Sumberglagah sudah banyak yang diterima di sekolah-sekolah lain. Jadi mereka lebih memilih sekolah di sekolah yang siswanya banyak,” terangnya.
Untuk diketahui, saat ini SDN Tanjungkenongo 2 hanya memiliki tujuh siswa. Kelas 1 ada 2 siswa, kelas 2 saat ini tidak ada siswa, kelas 3 ada 3 siswa, kelas 4 ada 2 siswa, kelas 5 dan kelas 6 masing-masing ada 1 siswa.
“Kalau ditotal memang ada sembilan siswa. Saya sebut tujuh karena itu data siswa yang masuk di sekolah. Siswa kelas 1 ini yang satu jarang masuk sekolah, dan yang satu dia aktif sekolah tapi belum cukup usia SD,” jelasnya.
Sehari-harinya, Suharno tidak sendirian beraktifitas di SDN Tanjungkenongo 2. Ia ditemani seorang guru mata pelajaran agama, seorang guru mata pelajaran olahraga, tiga guru berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) untuk mengajar kelas, serta empat orang Guru Tidak Tetap (GTT).
“Biasnya saat pelajaran agama dan olahraga, jadwal pelajaran mulai kelas 1 hingga 6 disamakan. Jadi bebarengan,” imbuhnya.
Masih kata Suharno, pihaknya saat ini hanya memiliki fasilitas tiga ruangan yang berdiri di atas lahan seluas 1877 meter persegi di lahan milik Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur, tepatnya di Dusun Sumberglagah, Desa Tanjungkenongo, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto.
“Dua ruangan dipisah menggunakan triplek untuk digunakan aktifitas belajar mengajar enam kelas. Satu ruang digunakan untuk kantor guru,” urainya.
Tanah milik Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur ini memang sejak dulu sengaja dikhususkan untuk Kampung Kusta. Hal ini untuk memfasilitasi masyarakat penderita kusta. Kebanyakan, orang-orang penderita kusta yang telah sembuh dan diperbolehkan pulang setelah dirawat di RS Kusta Sumberglagah, tidak lagi diterima di kampung asalnya.
Oleh karena itu, warga bebas memanfaatkan lahan ini untuk membangun rumah. Tidak sedikit warga yang tidak membeli tanah di sini, namun cukup melakukan proses ijin pemanfaatan tanah.(khil/ivi)