PROBOLINGGO, FaktualNews.co – Dari data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Probolinggo, ada sekitar 33 Desa di 13 Kecamatan yang rawan kekeringan saat musim kemarau.
33 desa di Kabupaten Probolinggo yang masuk dalam kategori rawan kekeringan itu meliputi Kecamatan Tegalsiwalan, Banyuanyar, Kuripan, Bantaran, Leces, Lumbang, Tongas, Wonomerto, Sumberasih, Tiris, Sumber, Gading dan Krucil. Hanya saja tidak semua dusun dan desa di 13 kecamatan tersebut dilanda kekeringan.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Probolinggo Nanang Trijoko Suhartono, mengatakan, pemetaan kawasan rawan kekeringan ini memang sengaja dilakukan sejak dini. Tujuannya, agar nanti saat musim kemarau tiba, pihaknya tidak kebingungan mencari daerah yang kekeringan.
“Jadi saat sudah memasuki musim kemarau, kami tinggal mengeksekusinya saja. Tinggal distribusi bantuan air bersih, dan sebagainya. Peta rawan kekeringan ini sangat bermanfaat sekali,” katanya kepada awak media di Probolinggo, Jumat (19/5/2017).
Dia menjelaskan, daerah yang masuk dalam peta rawan kekeringan ini, dilihat dari beberapa indikator: Salah satu indikatornya adalah lsumber air berjarak 1-2 kilometer dari perkampungan penduduk.
“Tapi bukan berarti daerah yang tidak kami petakan rawan kekeringan, tidak akan terjadi kekeringan. Kemungkinan itu masih akan terjadi. Makanya, kami upayakan untuk mewaspadai semua daerah. Tapi tetap daerah tadi yang menjadi prioritas,” terangnya.
Ia mengungkapkan, saat ini, timnya sudah bergerak di lapangan. Tim ini memantau kondisi lapangan, khususnya daerah yang sudah dipetakan masuk dalam peta kekeringan.
“Kami sudah droppinh air bersih ke sejumlah wilayah. Tujuannya memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat yanh digunakan untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Meski daerah itu belum mengalami kekeringan ,” paparnya.
(BACA : Kunjungi Lakardowo, Gus Ipul: Warga Butuh Pengobatan dan Air Bersih Segera)
Selain memetakan daerah rawan itu, kata dia, pihaknya juga menyiagakan armada tangki air untuk pendistribusian air bersih di daerah krisis. Distribusi air bersih ini merupakan jangka pendek. Jangka panjangnya adalah menyiapkan tandon air untuk menyalurkan air bersih di setiap desa.
“Kami sedang berupaya menggalakkan konservasi dengan cara menjaga dan melestarikan sumber mata air sekaligus melakukan reboisasi hutan yang gundul,” tandasnya.
Nanang mengharapkan kepada masyarakat agar bantuan air bersih yang diterima ini digunakan dengan bijak dan benar. Ia berharap masyarakat menggunakan untuk kepentingan prioritas, sebab airnya memang sangat terbatas.
“Kepada tokoh masyarakat mohon mencari potensi-potensi yang ada di desa. Jika ada sumber mata air, maka secara swadaya segera melakukan upaya pemanfaatan potensi yang ada untuk kepentingan masyarakat,” pungkasnya. (*/rep)