MOJOKERTO, FaktualNews.co – Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan (UNPK) paket B mulai minggu lalu dilaksanakan di Mojokerto. Ujian paket B yang setara dengan SMP ini dilaksanakan di SDN Pacet 1. Dari keseluruhan peserta ada yang sehari-hari bekerja sebagai sopir, penjual pentol, petani, dan bahkan ada tukang masak Puskesmas.
Ujian paket B kali ini diikuti sedikitnya 55 peserta dari tiga kecamatan, yakni Kecamatan Pacet, Kecamatan Gondang, dan Kecamatan Dlanggu. “Pesertanya total ada 55. Tidak hadir 18 peserta, itu dari PKBM Hayam Wuruk Gondang, PKBM Baiturrohman Dlanggu dan PKBM Pacet,” ujar Asfiatin, Kepala Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Bunga Bangsa Pacet kepada FaktualNews.co, Sabtu (20/5/2017).
Digabungnya pelaksanaan ujian paket B ini, lanjutnya, karena jumlah peserta ujian dari masing-masing PKBM kurang dari 20 peserta. “Dari PKBM Hayam Wuruk ada 11 peserta, saat ujian dua orang tidak hadir. Dari PKBM Baiturrohman ada 10 peserta, saat ujian dua peserta tidak hadir,” katanya.
Masih kata Asfiatin, rata – rata peserta ujian paket B ini masih berusia produktif yang berlatarbelakang putus sekolah SMP. “Usia peserta paling muda 15 tahun, yang paling tua 49 tahun,” ucapnya.
BACA JUGA: Minim Siswa, SDN Tanjungkenongo 2 Akan Difilialkan
Purhadi Santoso (29), peserta ujian dari Kecamatan Gondang yang sehari – hari bekerja sebagai sopir ini mengaku, ia mengikuti ujian karena ini melamar pekerjaan di pabrik. “Saya ini cuma punya ijazah SD. Setelah ikut paket B, kemudian nanti akan ikut paket C. Saya ingin kerja di pabrik,” jelasnya.
Pelaksanaan ujian paket B yang berlangsung selama tiga hari ini, kata Asfiatin hanya dilakukan pada hari Sabtu dan Minggu. “Kalau hari biasa kan banyak yang kerja. Maka dari itu dilaksanakan hanya hari Sabtu dan Minggu,” imbuhnya.
BACA JUGA: USBN di Sekolah Dasar Ini Hanya Diikuti Satu Siswa
“Sebenarnya dulu pelaksanaan ujian bersamaan dengan ujian pendidikan formal. Pendidikan formal jamnya pagi, kalau nonformal sore. Tapi sekarang sudah ada perubahan seperti ini,” paparnya.
Asfiatin menjelaskan, terkadang untuk mengajak anak – anak yang putus sekolah mengikuti paket B ini gampang – gampang susah. “Rata – rata ya mereka malu dan malas melanjutkan pendidikan karena mereka sudah kerja,” pungkasnya. (khil/dan)