FaktualNews.co

Surat Kiai NU, Akademisi: Pak Halim Harus Legowo untuk Gus Ipul dan Khofifah

Politik     Dibaca : 2074 kali Penulis:
Surat Kiai NU, Akademisi: Pak Halim Harus Legowo untuk Gus Ipul dan Khofifah
Syaifullah Yusuf, Halim Iskandar dan Kofifah Indar Parawansah.FaktualNews/Internet

Syaifullah Yusuf, Halim Iskandar dan Kofifah Indar Parawansah.FaktualNews/Internet

JOMBANG, FaktualNews.co – Beredarnya surat dari kiai-kiai Nahdlatul Ulama (NU) kepada Abdul Halim Iskandar menuai berbagai analisis dari sejumlah kalangan. Salah satunya dari akademisi NU di Kabupaten Jombang, Solikin Rusli.

Pria yang juga dosen di Universitas Darul Ulum (Undar) Jombang ini menilai, surat untuk Halim Iskandar itu merupakan permohonan secara halus dari kiai NU agar Ketua DPW PKB Jatim tersebut legowo (rela) mendukung Syaifullah Yusuf (Gus Ipul) dan Khofifah Indar Parawansa sebagai Calon Gubernur (Cagub) atau Calon Wakil Gubernur (Cawagub) Jawa Timur 2018 mendatang.

Lantaran, Gus Ipul (Wakil Gubernur) dan Khofifah (Menteri Sosial RI) adalah kader yang lebih NU dibanding Halim. Mengingat secara struktural, Gus Ipul masih menjabat di PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama). Serta Khofifah yang tak lain sebagai Ketua Umum Muslimat NU.

BACA JUGA

[box type=”shadow” ]

[/box]

“Surat tersebut dapat dimaknai sebagai harapan halus para kiai kepada Pak Halim untuk legowo (rela red) tidak mencalonkan diri karena sudah ada kader NU yang jelas-jelas lebih NU dibandingkan Pak Halim. Setidaknya jika dilihat dari struktur kepengurusan yaitu Gus Ipul dan Khofifah,” kata Solikin kepada Bangsaonlie, Rabu (24/5/2017).

Menurut Solikin, surat tersebut sengaja ditujukan kepada Halim karena kakak Muhaimin Iskandar (Cak Imin) itu yang jelas-jelas memiliki tiket untuk mengusung Cagub-Cawagub Jatim melalui PKB yang memiliki kursi cukup di DPRD Jatim.

“Kira-kira hal yang ingin diungkap oleh para kiai tersebut, mungkin begini ‘Pak Halim njenengan itu jangan terlalalu ngoyo (jangan terlalu memaksa) meskipun sudah punya tiket. Karena ada kader NU yang lebih NU (secara struktural). Sebab jika panjenengan ngoyo akan berpotensi terpolarisasinya suara NU,” ungkap Solikin.

“Alangkah lebih baiknya agar suara orang-orang NU utuh. Istiqomah saja di DPRD sebagai lembaga kontrol, di sana juga tidak lebih rendah, tidak kalah populis dan tidak kalah power jika dibandingkan dengan menjadi Gubernur/Wagub Jatim. Di DPRD itulah kira-kira dianggap oleh para kiai merupakan posisi yang paling tepat untuk Pak Halim,” jelas Solikin.

Baginya, analisa tesebut lebih tepat dan rasional. Karena Gus Ipul dan Khofifah selama ini yang telah jelas-jelas memiliki dukungan sebagai gubernur dan wagub. Keduanya pernah menjalonkan diri dalam Pilgub Jatim. Sedangkan Halim belum tentu didukung oleh masyarakat meskipun tiket partai ada ditanganya.

Sebab Halim belum pernah terbukti bertarung dalam Pilgub Jatim. Justru dukungan yang selama ini di dapat Halim sebatas menjadi anggota DPRD.
Para kiai melihat fakta empirik dan mungkin petunjuk Ilahiah bahwa dukungan Parpol yang besar tidak dapat dimaknai berbanding lurus dengan pilihan masyarakat dalam konteks Pilgub Jatim.

“Karena perolehan suara partai dihasilkan dari banyak faktor. Diantaranya adalah peran para caleg-caleg dari tingkat kabupaten/kota sampai tingkat pusat. Contoh paling nyata Pilkada DKI kemarin. Sehingga akan menjadi salah besar jika besaran dukungan partai dimaknai sebagai dukungan besar pilihan terhadap figur pada calon gubernur/wakil gubernur,” bebernya. (oza/ivi)

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Z Arivin