FaktualNews.co

Cuitan Mantan Mitra Bulog, Dibalik Buruknya Kualitas Rastra di Mojokerto dan Jombang

Peristiwa     Dibaca : 2502 kali Penulis:
Cuitan Mantan Mitra Bulog, Dibalik Buruknya Kualitas Rastra di Mojokerto dan Jombang
Kondisi rastra yang diterima warga Desa Gebangmalang, Mojoanyar, Mojokerto, Jatim.FaktualNews/Khilmi S Jane

Kondisi raskin yang diterima warga Kecamatan Mojoanyar, Mojokerto, yang disalurkan Perum Bulog Sub Divre II Surabaya Selatan.FaktualNews/Khilmi S Jane

MOJOKERTO, FaktualNews.co – Buruknya kualitas bantuan beras pra sejahtera (Rastra) atau yang dulu disebut Raskin yang disalurkan kepada panerima manfaat diduga merupakan faktor kesengajaan. Ditengara terjadi permainan kotor dalam proses penyerapan beras yang dilakukan oleh Bulog Sub Divre II Surabaya Selatan.

Data yang dihimpun FaktualNews.co, nyaris setiap tahun, keluhan buruknya kualitas Rastra yang disalurkan Perum Bulog Sub Divre II Surabaya Selatan, selalu muncul. Baik di wilayah Kabupaten Jombang, maupun Kabupaten Mojokerto. Hal ini, menguatkan adanya permainan dalam realisasi bantuan pangan bagi keluarga miskin itu.

Menurut pengakuan beberapa mantan Mitra Perum Bulog Sub Divre II Surabaya Selatan, buruknya kualitas beras Rastra yang diberikan kepada warga penerima manfaat merupakan sebuah kewajaran. Sebab, harga yang digunakan oleh Bulog untuk menyerap beras kepada petani, Gapoktan, serta Mitra Bulog, di bawah ketetapan Harga Pembelian Pemerintah (HPP).

BACA JUGA

[divider]

“Saat ini, Bulog membeli Rp 7.150 perkilogramnya. Itupun sudah ada di gudang. Sementara HPP dari pemerintah Rp 7.300 perkilogramnya. Selisihnya cuma Rp 150, tapi itu kalikan berapa ribu ton,” ungkap salah seorang mantan Mitra Bulog Sub Divre Surabaya Selatan berinisial M, Minggu (04/6/2017).

M yang juga merupakan pengusaha beras ini menuturkan, selain harga yang tidak sesuai HPP, M menyebut ada praktik kotor lain yang dilakukan dalam penyerapan beras di Perum Bulog ini. Yakni adanya praktik sogok menyogok atau suap antara mitra dengan petugas Bulog.

“Mitra biasanya menjual beras kualitas kurang bagus ke Bulog. Agar bisa diterima mereka memberi upeti. Untuk sekelas mitra kecil kita memberi Rp. 25 perkilogram. Sementara untuk mitra kelas kakap mereka berani memberi Rp. 50 perkilogramnya kepada oknum Bulog, sehingga beras kualitas buruk itu diterima,” terangnya.

Dengan demikian, secara otomatis kualitas Rastra yang disalurkan kepada warga miskin sangat jauh dari standart. Rata-rata, beras yang diterima 70 persen berupa menir atau patahan-patahan beras. Selain itu juga biasanya beras tersebut berbau apek dan dipenuhi kutu.

BACA JUGA

[divider]

“Ya pasti jelek. Jadi gini, kalau beras itu hanya disimpan, otomatis tidak mungkin akan seburuk itu. Apalagi bulog memiliki standart penyimpanan yang baik. Jadi jeleknya kualitas ini karena sejak pengadaan, kondisi berasnya sudah tidak laik untuk dikonsumsi,” ungkap salah satu mantan Mitra Bulog Sub Divre II Surabaya Selatan, lainnya berinisial A.

Tak hanya itu, lanjut pria yang sudah puluhan tahun bergelut dengan usaha beras ini menyatakan bahwa, Bulog memiliki kewenangan penuh dalam menentukan kualitas beras yang diserap dan kemudian disalurkan kepada warga miskin penerima manfaat. Sehingga, fungsi Bulog bukan merupakan tempat penyimpanan saja.

“Yang menyatakan beras itu bisa masuk ke gudang atau tidak itu bukan pihak lain, namun dari Bulog sendiri dan itu secara langsung. Sehingga persoalan kualitas Raskin atau Rastra yang disalurkan, yang menentukan juga Bulog,” tandasnya.

Sebelumnya, buruknya kualitas beras program bantuan keluarga miskin (Raskin) atau yang kini disebut beras sejahtera (rastra) yang dibagikan Perum Bulog Sub Divre II Surabaya Selatan tak hanya dirasakan warga Desa Lebakjabung, Kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.

Akan tetapi, rastra tak laik konsumsi juga diterima oleh warga Kecamatan Bangsal, Kabupaten Mojokerto. Selain berbau apek, beras yang diterima juga berwarna kuning dan dipenuhi menir. “Kalau berasnya seperti ini dan tidak bisa dimasak, ya terpaksa dibuang,” kata Sunanrno (40), warga Ngastemi, Kecamatan Bangsal, Kabupaten Mojokerto, Kamis (1/6/2017).

Menurutnya, Warga pun terpaksa tidak mengkonsumsi beras bantuan itu. Karena kondisinya memang tidak laik untuk dimasak kemudian di makan. Warga terpaksa membeli beras lain untuk kebutuhan makan. Ia berharap, agar pemerintah ikut memerhatikan kondisi beras bantuan keluarga miskin yang salurkan di lapangan.(ivi)

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Z Arivin