FaktualNews.co

Rentan Peredaran Upal, Polisi Lakukan Pengecekan Jasa Penukaran Uang Baru Non Bank

Peristiwa     Dibaca : 1547 kali Penulis:
Rentan Peredaran Upal, Polisi Lakukan Pengecekan Jasa Penukaran Uang Baru Non Bank
Polres Mojokerto Kota melakukan pengecekan terhadap penyedia jasa penukaran uang baru non bank yang mulai menjamur di pinggir-pinggir jalan Kota Mojokerto, Rabu (7/6/2017) sore. FaktualNews.co/Khilmi S Jane/

MOJOKERTO, FaktualNews.co – Untuk mengantisipasi peredaran uang palsu (upal), Polres Mojokerto Kota melakukan pengecekan terhadap penyedia jasa penukaran uang baru non bank yang mulai menjamur di pinggir-pinggir jalan Kota Mojokerto, Rabu (7/6/2017) sore.

“Sambil kami lakukan pengecekan, kami juga sosialisasikan kepada mereka agar tidak menjadi korban uang palsu dan penipuan,” ujar Kasat Sabhara Polresta Mojokerto, AKP Heru Purwandi, kepada media di Jalan A Yani, Kota Mojokerto.

Menurutnya, melalui jasa penukaran uang ini sangat rentan menjadi akses peredaran uang palsu. “Seperti kejadian tahun lalu, mereka para jasa penukaran uang malah ditukari uang palsu. Dengan pengecekan dan sosialisasi ini, kami berharap para pelaku jasa penukaran uang bisa lebih hati-hati dan waspada,” kata dia.

Sementara salah satu penyedia jasa uang baru, Riana, menuturkan dirinya sudah menggeluti jasa penukaran uang selama empat tahun ini, selama ini dia belum pernah mendapatkan penukar uang yang menukarkan uang dengan uang palsu.

Ia menawarkan setiap penukaran uang dengan biaya Rp 15 ribu per pecahan seratur ribu. “Per seratus ribu tarifnya Rp 15 ribu. Itu ada pecahan mulai dari Rp 2 ribu, Rp 5 ribu, Rp 10 ribu, dan Rp 20 ribu,” kata warga asli Sumatra Utara itu.

Perhari, kata Riana, ia dan teman-temannya biasanya mendapatkan keuntungan mulai dari Rp 600 ribu hingga Rp 700 ribu.

Untuk mengantisipasi, adanya uang palsu, Riana dan teman-temannya sudah dibekali cara mudah membedakan uang asli dan palsu. “Kalau pakai cara menerawang, kami kan tidak enak sama penukar. Nanti dikatain kita nuduh mereka bawa uang palsu. Jadi kami cukup meraba uang di bagian tulisan nominalnya saja. Kalau uang asli, tulisannya pasti terasa kasar,” terangnya.

“Jadi kami bisa membedakan uang palsu dan asli saat menghitung uang penukar,” tambahnya.

Kasat Sabhara berharap, kejadian penukaran uang baru dengan uang palsu seperti tahun lalu terulang pada tahun 2017 ini. “Kita akan lebih sering melakukan pengecekan. Jangan sampai lah mereka jadi korban juga, entah itu korban uang palsu atau penipuan, saya harap jangan sampai terjadi lagi. Makanya kami akan lebih sering interaksi dengan mereka,” pungkasnya.  (rep)

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
S. Ipul