Pakde Karwo Ungkap Sulitnya Bangun Kampung Majapahit
SURABAYA, FaktualNews.co – Rencana Pemerintah Provinsi Jawa Timur membangun kampung Majapahit di daerah Trowulan Mojokerto, hingga kini masih sulit direalisasikan. Gubernur Jatim, Soekarwo mengungkapkan betapa sulitnya mewujudkan destinasi wisata sejarah tersebut karena masih kendala lahan yang masih menjadi daerah padat penduduk itu.
“Trowulan ini daerah penduduk padat. Rata-rata kehidupan dari sektor pertanian. Memindah penduduk daerah padat ini tidak mudah. Walaupun jika digali di bawah 2,5 meter saja isinya sudah ada situs Majapahit. Batu bata merah seperti rumah orang Bali. Tempat mandi utuh,” kata Pakde Karwo, sapaan akrab gubernur saat di gedung DPRD Jatim, Kamis, (22/6/2017).
Pakde menjelaskan, prinsipnya relokasi rumah penduduk masih mungkin dilakukan walaupun agak sulit. “Rumusnya di tempat baru lebih enak, pasti mau,” imbuhnya. Namun ia juga memikirkan bagaimana misalkan sudah direlokasi tapi tidak bertani lagi tapi dialihkan ke industri kecil. “Kalau tani perlu lahan. Memindah macul (bertani) ke gosok (kerajinan) itu tidak mudah,” ungkapnya.
Pakde menuturkan, pemerintah hingga kini masih terus bergerak tapi prosesnya tidak bisa memaksakan. “Kita tidak bisa mundur dari demokrasi dan tidak bisa memaksakan pada warga,” ungkapnya.
Faktor lain yang perlu bahan pertimbangannya, yakni jumlah pendapatan penduduk masih belum terlalu tinggi. “Kalau pendapatan per-kapita kita 10 ribu US dollar maka pola pikir masyarakat juga berbeda dan lebih mudah melakukan relokasi. Saat ini pendapatan per kapita kita per tahun hanya 3.600 US dollar. Target kita 2020 baru 5.200 US dollar. Ini syarat dalam pembangunan,” paparnya.
Ia mengaku rencana pembangunan kampung Majapahit ini terinspirasi dari Korea Selatan. Di Korsel ini ada lahan tidak luas sekitar 10 hektare. Di situ rumah prajurit zaman dulu dijadikan destinasi wisata. Mulai dari jagung dimasak. Rumah Kamar kecil yang ada di abad ke-14. “Akeh sing nontok (banyak yang melihat). Dulu pikiran saya rumah mojopahit disitu. Ternyata ada pro dan kontra. Masyarakat kita juga belum sampai open minded (berpikiran terbuka). Ini masih jadi kendala,” pungkasnya.