SURABAYA, FaktualNews.co – Aparat kepolisian dalam jumlah besar diterjunkan pemerintah Turki di pusat kota terbesar itu, yakni Istanbul. Setelah gubernur setempat melarang kegiatan parade Gay Pride untuk tiga tahun berturut-turut.
Dilansir dari BBC Indonesia, sejumlah massa berkumpul di Lapangan Taksim, Minggu (25/6/2017). Mereka tidak mengindahkan larangan yang dikeluarkan Gubernur agar parade Gay Pride dihentikan.
Larangan tersebut menyusul ancaman dari kelompok-kelompok ultranasionalis. Namun para aktivis hak-hak gay mengatakan alasan itu mengada-ada. Polisi sempat menembakkan gas air mata dan peluru plastik untuk membubarkan massa yang berkumpul di Lapangan Taksim itu.
“Kami tidak takut, kami di sini, kami tidak akan mengubah pendirian,” demikian pernyataan panitia penyelenggara.
Dikatakan oleh para aktivis gay bahwa Presiden Recep Tayyip Erdogan, yang condong berhaluan Islam, berusaha membentuk citra Turki menjadi negara yang konservatif secara sosial sesuai dengan keinginan presiden.
Presiden Recep Tayyip Erdogan berasal dari Partai AK dengan fondasi Islam konservatif. Ia telah menepis tudingan bahwa ia ingin menerapkan nilai-nilai agama konservatif tetapi menegaskan ia tetap menjunjung sekulerisme.
Namun demikian, Presiden Erdogan mendukung hak rakyat untuk mengekspresikan agama mereka secara lebih terbuka. Sebelum dilarang tiga tahun lalu, parade kaum gay di Istanbul berjalan selama lebih dari 10 tahun tanpa insiden berarti.
Homoseksualitas tidak dilarang di Turki, tidak seperti di banyak negara Muslim, tetapi homofobia sering terjadi di dalam masyarakat. Perayaan Gay Pride di Istanbul tahun ini bertepatan dengan Idul Fitri.
Dalam perayaan tahun lalu, polisi melepaskan gas air mata dan peluru plastik setelah para aktivis hak-hak transgender berkumpul di Istanbul, mengabaikan larangan parade