JAMBI, FaktualNews.co – Bagi masyarakat Provinsi Jambi, tempoyak menjadi menu wajib setiap Lebaran. Hampir disetiap rumah selama Ramadan dan Idul Fitri menyediakan sambel yang berasal dari buah durian itu.
Tempoyak memang terbuat dari daging buah durian yang dibiarkan hancur secara alami. Biasanya tempoyak disimpan di galon-galon dan toples-toples karena musim durian hanya terjadi sekali dalam setahun.
Nur Diah (42) warga Kampung Sei Pandan, Dusun Rantau Pandan, Kecamatan Rantau Pandan, Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi mengaku rutin memasak tempoyak setiap Ramadan dan Lebaran Idul Fitri, terutama saat menyambut tamu dari perantauan.
“Tempoyak disini dinamakan Asam, anak saya setiap pulang dari rantau pasti minta dibuatkan sambel atau sayur tempoyak,” katanya.
Pada awalnya, untuk menghasilkan tempoyak terbaik maka dipilihlah durian yang benar-benar matang berdaging tebal. Selanjutnya, daging buah durian dipisahkan dengan bijinya lalu ditempatkan dalam sebuah wadah dan dibiarkan beberapa hari tanpa disentuh oleh tangan, setelah itu baru siap dijadikan sambel tempoyak.
Tempoyak atau Asam biasa digoreng dan dibuat gulai dengan dicampur ikan teri dan berbagai jenis ikan lainnya. Cara membuatnya pun cukup mudah, yaitu dengan mencampurkan Tempoyak, cabe, kunyit, serai, gula pasir dan jenis daun yang dimasyarakat Dusun Rantau Pandan dinamakan daun senango dan daun peweh.
“Tamu-tamu disini kalau disuruh makan pasti yang ditanya itu sambel tempoyak, jadi kita sediakan setiap hari,” kata Nur.
Masih menurut Nur, tempoyak memang digemari masyarakat Jambi sejak nenek moyang dahulu. Selain rasanya yang khas, tempoyak juga sangat awet disimpan sampai berbulan-bulan didalam wadah menjelang dimasak sebagai teman nasi putih. Tempoyak juga meroket harganya ketika durian tidak berbuah lebat. Banyaknya penggemar sambel asam di Provinsi Jambi menjadi penyebab utamanya.
“Setiap musim durian kami pasti menyisihkan beberapa buah durian untuk dijadikan tempoyak. Karena kalau beli dipasar sangat mahal harganya,” pungkasnya.