Wisata

Tradisi Tolak Bala, Barong Ider Bumi Suku Using Banyuwangi

BANYUWANGI, FaktualNews.co – Masyarakat adat Using di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, Jawa Timur, punya ritual khusus pada momen Lebaran kali ini. Namanya Barong Ider Bumi, sebuah ritual adat untuk menjauhkan desa dari mara bahaya.

Tradisi ini sudah digelar sejak ratusan tahun silam oleh nenek moyang suku Using Banyuwangi. Sebelum tradisi Barong Ider Bumi dimulai terlebih dahulu diawali dengan ‘Sembur Othik – Othik’ atau tradisi menyemburkan uang receh (koin) bercampur beras kuning dan bunga disepanjang jalan.

Hal ini diyakini sebagai prosesi membuang sial. Tak lama kemudian, tiga Barong Using diarak dari gerbang masuk Desa Kemiren menuju arah barat, ke tempat mangku barong. Arak-arakan ini menempuh jarak 2 kilo meter diikuti warga dan sesepuh desa diiringi gamelan khas Barong Using.

Barong adalah kostum dengan topeng dan asesoris yang merupakan penggambaran hewan yang menakutkan. Barong ini dipercaya oleh masyarakat Using memiliki kemampuan untuk mengusir roh jahat.

Ritual ini telah dilakukan masyarakat Desa Kemiren sejak ratusan tahun yang lalu. Konon, saat itu Desa Kemiren terkena pageblug (wabah penyakit). Banyak orang yang pagi hari sakit sorenya meninggal. Tidak hanya wabah kematian yang menyerang warga, ratusan hektare sawah juga diserang hama sehingga menyebabkan gagal panen.

Warga pun mengadakan tirakatan dan berdoa memohon petunjuk dari Yang Maha Kuasa. Akhirnya, salah seorang tetua adat Desa Kemiren yang bernama Mbah Buyut Cili mendapatkan wangsit lewat mimpinya. Dalam mimpinya, disebutkan untuk mengusir penyakit dan hama yang melanda desa, penduduk harus mengadakan selamatan kampung dengan menggelar ritual arak-arakan barong untuk menolak bencana.

Warga pun lalu melaksanakan ritual sesuai mimpi tetua desa. Dan terbukti benar, usai arak-arakan barong dilakukan, bencana menjauh dan desa menjadi damai sejahtera.

Sejak saat itulah, ritual arak barong yang kini disebut Barong Ider Bumi ini menjadi tradisi warga Kemiren. Setiap 2 Syawal, barong diarak keliling desa dengan diiringi pembacaan macapat (tembang Jawa) yang berisi doa kepada Sang Khalik dan nenek moyang untuk menolak bahaya (bala) yang mengancam keselamatan penduduk desa.

Tradisi ini diakhiri dengan kenduri atau selamatan desa dengan menu khas Pecel Petek, yang digelar warga disepanjang jalan. Warga mulai membaca doa dipimpin tokoh adat untuk keselamatan warga desa.

Sementara itu, berlangsungnya ritual juga dihadiri Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas bersama rombongan. Mereka membaur bersama warga mengikuti prosesi adat tersebut.