FaktualNews.co

Begini Cara Bupati Sumenep Sindir Penganut ‘Anti Pancasila’

Birokrasi     Dibaca : 1163 kali Penulis:
Begini Cara Bupati Sumenep Sindir Penganut ‘Anti Pancasila’
Bupati Sumenep, Madura, Jawa Timur, A Busyro Karim.

SUMENEP, FaktualNews.co – Bupati Sumenep, Madura, Jawa Timur, A Busyro Karim, mengintruksikan kepada para tenaga pengawas di lingkungan Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Sumenep untuk mengawasi pergerakan orang atau kelompok yang berorientasi penyimpang dari nilai pancasila.

Para pengawas, ujar A Busyro Karim, wajib mencermati, meneliti dan mengawasi para tenaga pendidik dan kependidikan terhadap pergerakan orang-orang yang berfaham anti Pancasila.

“Saya intruksikan, seluruh pengawas untuk mengawasi, orang-orang yang menyimpang dari nilai pancasila, apalagi sampai anti pancasila,” tandasnya.

Saat ini, kata A Busyro Karim, banyak pemikiran yang tidak mau pada nilai-nilai pancasila, namun anehnya mereka masih tinggal di Indonesia. Tak terkecuali, tinggal di Sumenep.

“Ada orang yang anti pancasila, sementara mereka masih betah di Indonesia, di Sumenep khususnya, heran saya,” ujarnya.

Intruksi tegas tersebut disampaikan orang nomor satu dilingkungan Pemkab Sumenep itu saat melantik 106 pejabat fungsional pengawas sekolah di lingkungan Dinas Pendidikan (Disdik) Sumenep, Madura, Jawa Timur, Senin (24/7/2017) di Pendopo.

Hal lain yang dipesan mantan ketua DPRD dua periode ini, Pengawas harus memaksimalkan seluruh panca indra yang ada. “Fungsi mata melihat realitas dilapangan, telinga untuk mendengan keluh kesah elemen pendidikan di bawah, sementara lisan untuk menyampaikan masukan dan lain semacamnya,” tambah A Busyro Karim.

Bahkan, lanjutnya, koordinasi dan integrasi yang harmonis juga harus terus dijalankan. Tidak hanya dengan sesama pengawas, melainkan semua pihak. “Khususnya dengan para guru di sekolah,” sambungnya.

Menurut Busyro, pemimpin tidak harus selalu menjadi ‘Orang Baik’ karena terkadang dituntut untuk berani memberikan teguran. Tujuannya, agar satu pelanggaran yang ada tidak terjadi berung-ulang.

“Sebaliknya jika kita gagal melakukan itu (menegur), maka pelanggaran dan kesalahan akan terus terjadi,” paparnya. “Jika salah dibiarkan, maka terkadang orang akan lupa jika itu salah, karena sudah menjadi tradisi,” tambah Busyro.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Muhammad Syafi'i