FaktualNews.co

Buntut Tak Ada Ambulance Laut, Warga Pulau Giliraja ‘Dilarang Mati’

Peristiwa     Dibaca : 1964 kali Penulis:
Buntut Tak Ada Ambulance Laut, Warga Pulau Giliraja ‘Dilarang Mati’
Pelabuhan Tanggek, Desa Banbaru, Pulau Giliraja, Sumenep.FaktualNews/Istimewa

SUMENEP, FaktualNews.co – Terkatung-katungnya jenazah Subagri (48) warga Dusun/Desa Lombang, Pulau Giliraja, Kecamatan Giligenting, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, ditepi pelabuhan Cangkarman, disebabkan karena sulitnya pihak keluarga mendapatkan alat transportasi penyebrangan.

Hal ini tentunya menambah kesedihan dalam benak keluarga. Tak hanya itu, selain sulitnya mendapatkan alat transportasi, biaya yang harus dikeluarkan untuk membawa jenazah menuju pulau yang terdiri dari empat desa itu menambah duka bagi pihak keluarga.

Tokoh agama putra asli Giliraja Mohammad Halili angkat bicara perihal ini. Secara garis besar kematian menjadi tragis, jika kematian menghampiri warga Giliraja di tanah seberang.

“Sakit parah naik perahu, mati susah cari tumpangan. Giliran mau jemput tak ada perahu yang mau, karena alasan adat istiadat atau keyakinan kualat,” ujarnya kepada Faktualnews.co, Kamis (27/7/2017).

Ditambahkan Halili, belum lagi urusan cuaca ekstrem dan pasang surut di laut. Hal ini tentunya menjadi persoalan yang mesti diselesaikan pemerintah daerah Kabupaten Sumenep. Sebab, hingga kini belum ada upaya dari pemerintah daerah untuk menyediakan fasilitas yang bisa digunakan dalam kondisi seperti ini.

“Jika demikian adanya, berarti orang gili ‘dilarang mati’,” cetusnya.

Diberitakan sebelumnya, nasib pilu menimpa Subagri (48) warga Dusun/Desa Lombang, Pulau Giliraja, Kecamatan Giligenting, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur,
jenazahnya terkatung-katung ditepi pelabuhan Cangkarman, Rabu (26/7/2017) malam.

Yang menjadi kendala dalam kasus meninggalnya salah satu warga asal pulau Giliraja ini, karena minimnya alat transportasi untuk membawa jenazah.

Realitanya, walau di pulau Giliraja banyak perahu nelayan hingga perahu komersial, tidak banyak dari pemilik perahu yang bersedia menjemput jenazah.

“Dari sekitar jam 4 sore, jenazah baru bisa dibawa ke rumah duka sekitar pukul 10 malam lebih,” kata Kepala Desa Lombang Juherman, Kamis (27/7/2017).

Karena kendala itulah, pihak Desa berharap ada kepedulian dari Pemerintah Daerah untuk dibantu alat transportasi laut, secara khusus transportasi untuk jenazah.

“Kita butuh semacam ambulance laut, selama ini belum ada di pulau kami (Giliraja),” tandasnya.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Z Arivin