FaktualNews.co

Permainan “Kotor” Bulog Sub Divre II Surabaya Selatan di Balik Buruknya Rastra

Nasional     Dibaca : 1631 kali Penulis:
Permainan “Kotor” Bulog Sub Divre II Surabaya Selatan di Balik Buruknya Rastra
Direktur Lingkar Indonesia Untuk Keadilan (Link), Aan Anshorii.

JOMBANG, FaktualNews.co – Buruknya kualitas beras pra-sejahtera (Rastra) yang disalurkan Perum Bulog Sub Divre II Surabaya Selatan di wilayah Kabupaten Jombang, Jawa Timur, ditengarai karena adanya keterlibatan sejumlah pihak yang sengaja melakukan permainan kotor. Lantaran, dipandang adanya sirkulasi keuangan yang cukup fantastis.

“Bisnis Raskin ini melibatkan banyak pihak dengan sirkulasi uang miliaran rupiah. Sangat mungkin banyak sekali yang mengais rejeki secara haram di sana. Itu sebabnya problemnya tidak kunjung selesai dan warga dirugikan,” kata Direktur ‎Lingkar Indonesia untuk Keadilan (LInK), Aan Anshori, kepada FaktualNews.co, Selasa (15/8/2017).

Ia mengungkapkan setiap tahun Bulog Sub Divre II Surabaya Selatan selalu menyodori warga miskin dengan Rastra yang tak laik konsumsi.

“Sudah terlalu sering warga miskin disodori beras yang tidak layak konsumsi seperti itu. Hampir tiap tahun,” jelas Aan.

Lebih jauh ia menjelaskan, adanya permainan kotor yang cukup ‘dramatis’ di balik buruknya kualitas Rastra ditunjukkan dengan dibentuknya Tim Koordinasi Rastra Kabupaten. Tim ini yang semestinya menjadi salah satu jembatan yang baik antar warga dan Bulog untuk mengkoordinasikan kondisi beras yang disalurkan.

Namun, Aan tidak bisa memastikan tim ini sudah bekerja dengan profesional sesuai tupoksinya selama ini. “Memang sudah ada Tim Koordinasi Rastra Kabupaten, namun kita tidak berharap banyak karena tidak mungkin ‘jeruk makan jeruk’,” ujarnya.

Lalu bagaimana upaya Bulog membuktikan Rastra yang disalurkan adalah laik konsumsi dengan mengajak anggota DPRD Jombang makan bersama beberapa waktu yang lalu? Aan tidak menampik upaya ini suatu yang patut diapresiasi. Namun, bebernya, dirinya juga tidak bisa menjamin beras yang dimasak adalah beras seperti fakta yang ditemukan warga di lapangan.

“Bagiku itu hanya basa-basi busuk saja, siapa yang bisa menjamin yang dimasak dan disuguhkan itu beras berkutu dan apek? Saya tidak yakin Kepala Bulog menggunakan beras raskin untuk dikonsumsi anak istrinya tiap hari di rumah. Mari kita buktikan saja,” pungkas Aan.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
S. Ipul