PONOROGO, FaktualNews.co – Sejumlah desa rawan longsor di Kabupaten Ponorogo akan ditanami tanaman karet. Hal itu disampaikan Wakil Bupati Ponorogo, Sudjarno usai menerima bantuan 40 ribu bantuan bibit dari beberapa perusahaan, di Desa Bekiring, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Senin (21/8/2017) siang.
“Pohon karet di Ponorogo merupakan jenis tanaman yang baru yang ditanam. Sudah ada satu desa yang sudah melaksanakan, yakni Desa Munggung, Kecamatan Pulung,” kata Sudjarno saat memberikan sambutan.
Dikatakannya, saat ini masyarakat Ponorogo yang tinggal di kawasan bukit yang rawan longsor berharap mendapatkan bantuan bibit tanaman yang dapat menguatkan tanah yang labil, dan juga dapat menghasilkan uang.
Ia menuturkan, penyebab terjadinya longsor di antaranya akibat alih fungsi lahan dan tanaman. Dia memberikan contoh, misalnya di Desa Banaran, yang sebelumnya banyak ditumbuhi tanaman keras namun oleh warga diganti tanaman jahe yang menghasilkan keuntungan.
“Seperti di Desa Banaran, dulu ditanami tanaman keras, tapi diubah dengan tanaman yang menghasikkan yaitu jahe. Akhirnya terjadi longsor,” katanya.
Beberapa desa sudah berupaya menanam tanaman yang memiliki akar kuat untuk mencegah longsor tetapi juga menghasilkan keuntungan, yakni jeruk dan cengkeh. Namun, kedua tanaman yang sempat menjadi unggulan di Ponorogo itu terserang hama.
“Mudah-mudahan tanaman karet ini tidak ada hamanya. Di sini juga banyak tanaman cengkeh dan jeruk tapi ada hamanya,” katanya.
Sudjarno mengatakan, sebelum pohon karet berusia empat tahun ke atas dan siap diambil getahnya, masih bisa ditanami tumpang sari dengan tanaman lain. Misalnya tanaman jahe, jagung, kacang, dan ketela, serta tanaman hortikultura lainnya.
“Saya berharap program ini diikuti sebaik-baiknay, sekalipun ini jenis tanaman yang baru di Ponorogo. Inayalkah bisa lebih menghasilkan, dan tidak terjadi bencana longsor lagi di Ponorogo,” imbuhnya.
Kepala Desa Bekiring, Agus Santoso mengatakan, di desanya terdapat dua dukuh yang rawan longsor, yakni Dukuh Ngucup dan Dukuh Bintoro. Bahkan, kemiringan di dua dukuh rawan longsor itu lebih curam dibandingkan kemiringan tebing di Desa Banaran.
“Dukuh Ngucup dan Dukuh Bintoro, rawan longsor dengan kemiringan yang lebih tajam dibandingkan Banaran,” katanya.
Ia menuturkan, pada 2016 lalu bahkan terjadi retakan tanah sehingga banyak warga yang mengungsi. Hingga saat ini, warga di dua dukuh tersebut masih khawatir bila terjadi longsor.
Dia berharap pohon karet dapat mencegah longsor serta dapat meningkatkan perekonomian warga. Rencananya bibit karet akan ditanam di perbukitan di dua dukuh yang rawan longsor secara tumpang sari dengan tanaman kacang dan jagung.
Sementara itu, Kepala Desa Munggung mengatakan, warga desanya secara swadaya telah menanam pohon karet di wilayah rawan longsor.
“Kira-kira sekitar 20 hektar, per hektarnya ditanami sekitar 600 tabaman,” katanya.
Dikatakannya, berbeda dengan di luar jawa, tanaman karet di desanya baru bisa dipanen getahnya ketika berusia sekitar lima tahun. Pohon karet di desanya juga ditanami secara tumpang sari, dengan jahe dan ketela.
“Usia lima tahun baru bisa diambil getahnya karena pertumbuhannya berbeda dengan yang di luar Jawa,” katanya.
Menurutnya, pohon karet selain mencegah terjadinya longsor juga meningkatkan perekonomian warga desanya. Tanaman karet berusia 7 tahun per batangnya dapat menghasilkan sekitar 3 kilogram getah. 1 kilogram dijual Rp 5000- Rp 7000.
“Kalau Rp 15 ribu per pohon tinggal dikalikan saja. Hal itu tentu akan meningkatkan perekonkmian masyarakat,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur PT Semen Gresik, Gatot Kustiaji, mengatakan sebanyak 40.000 bibit pohon karet diberikan kepada petani penggarap di tiga desa rawan longsor. Tiga desa di Kecamatan Pulung terebut yakni Desa Bekiring, Sugihan dan Munggung.
Rinciannya, 10 ribu berasal dari PT Semen Gresik, sedangkan 30 ribu bibit beresal dari Wagub Jatim Syaifullah Yusuf dan beberapa perusahaan di Jatim. Pemberian bantuan bibit pohon karet ini sebagai upaya rehabilitasi lahan kritis yang ada di Ponorogo.
“Rehabilitasi lahan kritis diperlukan untuk mengembalikan fungsi lahan tersebut secara optimal sebagaimana mestinya. Dan tentunya akan berguna bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat,” jelas dia.
Gatot menuturkan pohon karet sangat prospektif dan memiliki potensi besar untuk dikembangkan dan sangat cocok ditanam di lahan kritis di Ponorogo misalnya di Desa Bekiring.
Alasan pemilihan pohon karet, karena pohon karet bisa hidup hingga 100 tahun dan tumbuh mencapai 40 meter. Selain itu pohon karet juga dapat menyerap emisi gas, misalnya karbondioksida.
Tak sekadar memberikan bantuan bibit tanaman, PT Semen Gresik juga akan mendampingi para petani. Setelah tanaman ini berhasil dikembangkan, pihak PT Semen Gresik akan membantu soal penjualan dan pasca-panen.
Gatot menuturkan, PT Semen Gresik memiliki mitra UMKM yang menangani produksi kerajinan karet. Nantinya, hasil getah karet akan diolah menjadi kerajinan yang memiliki harga jual.
“Kami tidak mengarahkan hasil perkebunan karet ini ke industri. Tetapi, kami mendorong petani dan masyarakat untuk membuatnya menjadi kerajinan yang mempunyai nilai jual tinggi,” pungkasnya.