FaktualNews.co

Kegenitan Negeri Upin dan Ipin

Opini     Dibaca : 2452 kali Penulis:
Kegenitan Negeri Upin dan Ipin
FaktualNews.co/Istimewa/
Riza Ali Faizin, Ketua GP Ansor Kabupaten Sidoarjo.

INDONESIA dan Malaysia bagai air dan minyak. Tak bisa bertemu. Meskipun sama-sama materi cair, air seakan emoh bersenyawa dengan minyak. Begitupun minyak, terkesan ogah bergandeng dengan air. Mereka diciptakan Tuhan berbeda. Walau serumpun bangsa melayu, sejak era awal Indonesia merdeka, negara tetangga itu sering membuat geregetan. Citra menggemaskan dan hobi membuat meradang pantas disematkan bagi Negeri Jiran. Tak heran, bapak bangsa kita meneriakinya dengan: Ganyang! Betul, betul, betul.

Pidato fenomenal ganyang Malaysia pada 27 Juli 1963 oleh Bung Karno itu, menyusul terjadinya demontrasi anti-Indonesia di Negeri Jiran yang menghina Bangsa Indonesia dengan menginjak-injak lambang NKRI. Riwayat menggemaskan juga terjadi beberapa tahun kemudian, Bung Karno menyatakan keluar dari keanggotaan PBB karena keberadaan Malaysia. Yang secara sepihak diterima menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB walaupun notabene Malaysia, menurut Sang Proklamator, sebagai negara boneka atau bentukan Inggris.

Tak hanya itu, negeri samping rumah ini juga hobi menggeser pagar tetangganya sendiri. Perairan Sambas, Pulau Ligitan, Pulau Sipadan dan Blok Ambalat juga di embat. Mereka bagai Israel berwajah melayu-sayu. Sopan di depan, garang di belakang. Tak hanya pulau, bahkan warisan kebudayaan Bangsa Indonesia pernah di klaim menjadi milikinya. Forum Masyarakat Peduli Budaya Indonesia (FORMASBUDI) pada tahun 2015 lalu, mencatat setidaknya ada 10 budaya Indonesia yang diklaim sebagai milik Malaysia. Kesepuluh budaya tersebut yaitu: Batik, Lagu Rasa Sayange, Reog Ponorogo, Wayang Kulit, Kuda Lumping, Rendang Padang, Keris, Angklung, Tari Pendet dan Tari Piring, dan Gamelan Jawa.

Arogansi Malaysia ini, memantik reaksi marah masyarakat Indonesia. Bisa saja rakyat tanpa komando pemerintah menggempur habis negeri kecil itu. Semuanya tak akan terselematkan kecuali Siti Nurhaliza. Pasukan berani mati yang disisipkan oleh pemerintah Indonesia sudah menyusup ke daerah-daerah vital Malaysia. Mereka menyamar menjadi TKI, bukan Tenaga Kerja Indonesia, tapi Tentara Keamanan Indonesia. Yang dikirim sengaja untuk memporak porandakan Malaysia. Memang betul mereka menyamar menjadi pembantu, namun, itu adalah posisi paling aman. Karena, jika perang benar-benar meletus, sang ‘Pembantu’ langsung menendang keluar rumah majikan yang kebanyakan menjijikan itu.

Riwayat penistaan Malaysia memang tak ada habisnya. Seakan mereka diciptakan Tuhan untuk menistakan kita. Yang terbaru dan lagi hangat-hangatnya. Event level internasional, SEA GAMES 2017, Malaysia bertindak ceroboh dan bodoh. Mereka dengan sengaja mencetak bendera Kebangsaan Indonesia dengan terbalik. Hal ini benar-benar disengaja. Mengapa? Karena kegiatan sekelas Sea Games, tentu melalui Standart Operasional Prosedur (SOP) yang ketat. Sebelum cetak, segala jenis kesalahan pasti akan melalui proses kontrol terlebih dahulu. Namun kenyataannya? Sungguh keterlaluan.

Cukup sampai disitu? Hahaha, tidak Jarjit. Bangsa Indonesia dibuat geram lantaran wasit pada sepak takraw putri banyak menganulir permainan tim Indonesia, yang berakibat walk out-nya para pemain Indonesia. Pertandingan yang dihadiri langung oleh Menteri Pemuda dan Olahraga Indonesia, Imam Nahrawi tersebut, yang sebenarnya menjadi kebanggaan berubah menjadi tangisan lantaran aturan permainan yang tak masuk akal.

Malaysia bagaimanapun juga, pernah mempunyai nasib yang sama. Sebagai bangsa rumpun melayu, dulu, Indonesia dan Malaysia menjadi satu kesatuan kerajaan Nusantara. Namun, semua berubah saat Negara Api menyerang. Ya, imperialisme yang bercokol membuat dua negara ini menjadi bangsa terjajah. Indonesia dijajah Portugis dan Belanda, sementara Malaysia dijajah Inggris. Namun, dari sinilah sejarah terurai. Mana bangsa yang benar-benar tangguh, dan mana bangsa bermental boneka. Indonesia merdeka melalui rangkaian perjuangan yang mati-matian. Kemerdekaan diperoleh dengan tangan sendiri, oleh bangsa sendiri dan perjuangan sendiri. Tetapi Malaysia tidak. Sebagai negara terjajah, ia menjadi bangsa yang patuh pada sang penjajah. Untuk itulah kemerdekaannya bukan melalui perjuangan. Namun atas hasil pemberian dari kerajaan Inggris.

Dari perjalanan sejarah bisa dilihat, mana yang pantas disematkan sebagai bangsa petarung. Indonesia, bagaimanapun keadaannya, merupakan tamansari yang harus dibela mati-matian tidak hanya dari penjajahan, tapi juga dari ejekan bangsa-bangsa lain. Sekali bendera kami kau hina, maka akan kami kenangkan pada anak cucu, akan kami ajarkan pada mereka. Bahwa Engkau adalah bangsa yang gegabah. Sebuah negara persemakmuran Inggris yang levelnya jauh di bawah kami, Indonesia.

Penulis
Riza Ali Faizin
Ketua GP Ansor Kabupaten Sidoarjo

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Z Arivin