Potret Kemiskinan di Tengah Pembangunan Kabupaten Nganjuk
NGANJUK, FaktualNews.co – Nasib kakek Karmin (70), warga di Dusun/Desa Talun, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur sangat memprihatinkan di tengah gembar-gembor pembangunan dan slogan yang dimilik Pemerintah Kabupaten (Pemkab) setempat “Nganjuk Jaya”. Kakek yang berstatus duda ini hidup menyepi dalam gubuk reyot hanya seorang diri.
Setiap hari kakek paruh baya ini tinggal di rumah yang terbuat dari dinding papan kayu dengan luas 4×3 meter dan memiliki tinggi 1,5 meter.
“Mau bagaimana lagi mas, sepulang dari merantau saya diceraikan istri. Empat anak saya juga tidak mau tinggal bersama saya,” jelas kakek Karmin kepada awak media, Jumat (8/9/2017).
Sebelum menempati rumah yang dibangun seadanya saat ini, Karmin pernah tidur di sembarang tempat selama kurang lebih 40 hari. Seiring berjalannya waktu Karmin mulai membangun tempat tinggalnya, meskipun masih tak layak disebut sebagai “rumah”.
Untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya Karmin kerja serabutan sebagai tukang pijat dalam setiap hari penghasilanya juga tidak menentu. “Yang pijat kan tidak pasti ada setiap harinya, biasanya dapet Rp 20 ribu sampai Rp 25 ribu tergantung pemberian,” ungkapnya.
Meski demikian, Karmin mengaku tetap betah tinggal di tempat tersebut. “Yang tidak ada pilihan lain,” tuturnya.
Dengan kondisi rumah semacam itu, Karmin itu acapkali harus berjuang melawan derasnya hujan, derunya angin, hingga teriknya panas. Untuk memasak kakek ini harus menanak nasi sendiri di tungku api yang berada di depan gubuknya.
Sementara untuk mandi dia harus “menumpang” pada tetangga karena tidak memiliki pompa air. “Dulu punya pompa air. Namun, ketika ceria dengan istri, pompa air tersebut dibawanya juga,” kata Karmin, sambil mengusap air matanya.