JOMBANG, FaktualNews.co – Khisnullah, Kepala Desa Brambang, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, mengaku tidak tahu-menahu terkait adanya limbah pabrik di wilayahnya.
Ia mengaku baru mengetahui permasalahan tersebut ketika puluhan warga menggelar aksi demo dan dipanggil oleh camat Diwek. “Saya belum tahu mas, nunggu laporan dari Kepala Dusun Pranggang dulu ya,” jelasnya.
Khisnullah juga terdiam seribu bahasa saat ditanya oleh awak media terkait langkah kedepan. Bukannya memberi jawaban solusi, Khisnullah malah lari ke belakang kantor Kecamatan Diwek.
Sepintas, Khisnullah menyebutkan pihaknya lagi fokus melakukan diskusi bersama Kapolsek Diwek, Camat Diwek dan masyarakat terdampak limbah. “Nanti, nanti saja ya, saya masih menunggu keterangan dari berbagai pihak,” ujar Khisnullah.
Keterangan Khisnullah berbalik 180 derajat dari penyampaian warganya. Menurut Rowi (60), warga setempat menyatakan, pihaknya sudah memberitahu RT, RW dan Kepala Dusun Pranggang.
Berangkat dari sana, tentu Kepala Desa sudah menerima laporan dari bawahannya. Selain itu, limbah tersebut juga berada di jalan utama desa. Sehingga limbah yang sudah hampir dua minggu mengganggu masyarakat diketahui perangkat desa.
“Tidak mungkin tidak tahu. Lokasinya cuma satu desa kok. Ini juga jalan utama, Kepala Dusun juga sudah kita kasih tahu,” sesalnya.
Berdasarkan pantauan Faktualnews.co di lapangan, tidak ditemukan ada perangkat desa dan perwakilan pihak kepolisian di lokasi demo. Padahal, aksi tersebut sudah diketahui Kepala Dusun.
Para pejabat ini baru berkumpul di Kantor Camat Diwek setelah perwakilan warga menunggu kurang lebih 30 menit. “Tadi rencananya semua mau kesini, tapi yang naik truk tidak diizinkan ke kantor camat,” pungkasnya.
Sebelumnya, puluhan warga Dusun Pranggang, Desa Brambang, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, menggelar aksi unjuk rasa terkait pembuangan limbah di wilayah mereka, Selasa (12/09/2017).
Aksi demo ini bertempat di pinggir jalan utama dan tepat di lokasi limbah. Para pendemo yang terdiri dari pria, wanita dan anak-anak ini berbaris membawa tulisan yang berisi protes terhadap keberadaan limbah.