MAGETAN, FaktualNews.co – Ziarah kubur menjelang perayaan Suran Agung pada Tahun Baru Islam, 1 Muharram menjadi tradisi yang selalu dilakukan para pendekar Perguruan Setia Hati Terate (PSHT).
Namun, ternyata tradisi itu membawa berkah tersendiri bagi para penjual bunga. Sebab, ada ribuan murid dari perguruan silat ini yang berbondong-bondong untuk membeli bunga sebelum ziarah ke makam leluhur.
Seperti yang dialami Sukarno (60), penjual bunga di sepanjang jalan menuju makam pada saat perayaan Satu Suro. Tak hanya menjadi berkah bagi keluarga Soekarno saja, namun juga bagi warga kampungnya di RT 2 RW 1 Jalan Sedap malam, Desa Kenongo Mulyo, Nguntoro Nadi, Kabupaten Magetan.
“Ini semua satu RT dengan saya. Sama, jualan kembang (bunga). Saya jualan ngajak istri dan anak,” kata Sukarno, Rabu (20/9/2017) siang.
Ayah dua anak ini mengaku sudah berjualan bunga tabur sejak tahun 1968. Begitu juga dengan tetangga yang tinggal satu deretan rumahnya. Pada momen Satu Suro tahun sebelumnya, ia dan keluarganya bisa menjual sekitar 500 plastik bunga tabur.
Setiap satu bungkus plastik berisi bunga mawar, bunga kenanga, irisan daun pandan, dan irisan daun Dilem, dijual Rp2.500. “Alhamdulillah hasilnya lumayan, ini berkah di bulan Suro,” imbuhnya.
Menurutnya, saat ini harga bunga tabur meningkat. Tingginya permintaan, menyebabkan harga bahan baku mengalami kenaikan. Bunga mawar misalnya, pada hari biasa harga bunga mawar dari tengkulak dijual Rp 50 ribu per2 kilogram, naik menjadi Rp 100 ribu.
“Sementara untuk harga bunga kenanga, yang pada hari biasa harganya Rp 15 ribu perkilogram, naik menjadi Rp30 ribu perkilogram. Selain harganya tinggi, nyarinya juga susah. Kadang juga terpaksa beli dari Nganjuk dan Solo” terangnya.