NGAWI, FaktualNews.co – Pesanggrahan Srigati yang dikenal dengan alas ketonggo di Desa Babadan Kecamatan Paron, Ngawi, Jawa Timur, banyak dikunjungi masyarakat pada bulan Suro atau 1 Muharram.
Pesanggrahan Srigati merupakan obyek wisata spiritual yang menurut masyarakat jawa merupakan salah satu dari alas(hutan) angker atau wingit. Menurut penduduk setempat lokasi ini dipercaya sebagai pusat keraton lelembut (makhluk halus). Di lokasi ini juga terdapat petilasan Raja Brawijaya.
Konon menurut cerita yang berkembang, tempat ini dulunya adalah tempat peristirahatan Prabu Brawijaya V setelah lari dari kerajaan Majapahit karena kerajaan diserbu oleh bala tentara Demak dibawah pimpinan Raden Patah.
Disini, terdapat Pelenggahan Agung yang banyak dijadikan sebagai tempat bermeditasi bagi mereka yang ingin Ngalap berkah dalam usaha dan Lain-lain. Masyarakat sekitar percaya bahwa Pelenggahan tersebut merupakan tempat dimana Raden Wijaya bertapa mencari petunjuk sebelum membangun kerajaan majapahit Di Srigati juga terdapat sebuah batu besar yang biasa di sebut “Watu Gede” atau Batu Besar, konon disinilah merupakan pintu gerbang kerajaan “Dunia Lain” yang ada disana.
Selain itu disini ada sebuah tempat bertemunya dua muara sunga yang disebut “Kali Tempuk” yang sering digunakan untuk mandi bagi mereka yang mendalami ilmu kekebalan, agar awet muda, dan berbagai tujuan lainnya.
Dengan adanya daya tarik tersendiri itulah seperti biasanya pada saat 1 Muharram atau pergantian malam bulan hijriyah selalu dipadati ribuan pengunjung dari berbagai daerah.
Sejak waktu mulai beranjak malam para pengunjung mulai berdatangan, mereka ada yang datang dengan cara berkelompok dan perseorangan. Terlihat dari plat nomor mobil yang dipakai pengunjung dapat dinyatakan mereka berasal mulai daerah Yogyakarta, Solo, Semarang.
“Saya setiap bulan Syuro selalu datang ke sini untuk mandi di sungai tempur, sambil berdoa agar lancar mencari rejeki juga kesehatan,” jelas Suparmiati (45) warga Solo saat ditemui FaktualNews.co, Kamis (21/9/2017).
Acara ritual yang dilakukan para pengunjung di alas Srigati waktunya pun bervariasi mulai tengah malam sampai waktu shubuh. Dan begitu juga tempatnya berlainan karena dilokasi Alas Srigati sendiri ada sekitar 12 lebih tempat petilasan.
Seperti Punden Krepyak Syeh Dombo atau Palenggahan Agung Brawijaya, Padepokan Kori Gapit, Palenggahan Watu Dakon, Sendang Drajat, Sendang Mintowiji, Goa Sido Bagus, Sendang Suro, dan Kali Tempur.
Menurut juru kunci alas Srigati, Ki Among Jati, menjelaskan secara rinci, para pengunjung yang datang di Alas Srigati biasanya mereka ingin napak tilas mengenang sejarah dimana Raja Majapahit yaitu Prabu Brawijaya V singgah terlebih dahulu di Alas Srigati untuk melepaskan baju kebesarannya sebelum melanjutkan perjalanan ritual ke puncak Gunung Lawu.
“Disini pengunjung mempunyai berbagai permintaan untuk dikabulkan dari Yang Maha Kuasa, seperti minta kesehatan, keselamatan dan masih banyak lagi dan jangan dianggap di Alas Srigati ini melakukan hal-hal yang menyimpang dan untuk hari biasa yang ramai dikunjungi yaitu pada hari malam Jum’at Kliwon, Jum’at Legi dan malam Selasa Kliwon,” pungkas Ki Among Jati, kepada FaktualNews.co.