FaktualNews.co

Kebakaran Kios Benpas Mojokerto

Nenek Rahayu dan Warung Rawon yang Ludes Terbakar

Peristiwa     Dibaca : 1936 kali Penulis:
Nenek Rahayu dan Warung Rawon yang Ludes Terbakar
FaktualNews.co/Khilmi S Jane/
Seorang bocah berada di sekitar lokasi kios Benteng Pancasila (Benpas) Kota Mojokerto pasca kebakaran.

MOJOKERTO, FaktualNews.co – Kebakaran yang mengakibatkan ludesnya komplek pertokoan eks Pedagang Kaki Lama (PKL) Joko Sambang (JS) dan Alun-alun Kota Mojokerto yang berada di Jalan Benteng Pancasila (Benpas), Kecamatan Magersari, Kota Mojokerto, Jawa Timur, masih menyisakan kesedihan mendalam bagi para pemilik kios.

Bagaimana tidak, kios yang berada di komplek pertokoan tersebut merupakan satu-satunya tempat para pedagang yang mengadu nasib mencari rezeki untuk biaya hidup mereka. Sedikit demi sedikit rezeki mereka kumpulkan di komplek pertokoan itu setiap pagi hingga malam tiba.

Kesedihan tersebut tampak jelas pada Siti Rahayu saat ditemui di lokasi kejadian, Sabtu (23/9/2017). Baginya, kios miliknya yang juga menjadi korban amukan si jago merah pada Jumat (22/9/2017) sekira pukul 23.00 WIB itu merupakan satu-satunya “senjata” untuk menghidupi anak-anaknya.

Nenek usia 68 tahun ini mengungkapkan kesedihannya saat disinggung terkait kios miliknya yang telah porak-poranda itu. Sehari-harinya, perempuan berambut putih itu menjual makanan di komplek pertokoan Benpas. Mulai dari rawon, pecel, soto, serta makanan dan minuman ia sajikan setiap hari untuk para pelanggan yang lapar.

“Malam itu saya belum tidur, saya baru pulang, tutup warung saja jam 10 malam. Sekitar jam setengah 12 malam, saya dapat kabar kalau ada kebakaran dan tempat saya itu juga terbakar habis,” ungkapnya sembari mengusap air mata.

Mendengar kabar tersebut, perempuan yang memiliki tiga anak ini sempat kaget dan meminta agar diantar untuk menengok kios yang telah susah payah ia tata rapi itu. “Ada kulkas, kompor, gelas, piring, meja, dan perabot lainnya itu semua terbakar habis. Ya itu, sudah gosong semua,” katanya sambil menahan tangis.

Rahayu juga tak sungkan menceritakan bagaimana kisah perjalanannya hingga akhirnya memilih berjualan di komplek pertokoan tersebut. Menurutnya, sebelum ia akhirnya berjualan di komplek pertokoan yang sempat menjadi lautan api semalam, ia berjualan dengan gerobak dorong miliknya di pusat Kota Mojokerto, yakni Alun-alun Kota Mojokerto.

“Dulu sering diusir sama Satpol PP saat jualan di Alun-alun. Hampir tiap minggu dan tiap hari saya kejar-kejaran sama Satpol PP. Tapi bagaimana lagi, namanya juga orang ingin kerja, cari uang halal,” bebernya.

Akhirnya, lanjut Rahayu, sekitar tahun 2010 silam, Pemerintah Kota (Pemkot) Mojokerto memberikan jalan keluar terhadap para PKL yang berada di kawasan Alun-alun Kota Mojokerto agar bisa berjualan dengan nyaman tanpa harus kejar-kejaran dengan petugas.

Pemkot Mojokerto sengaja mendirikan pusat pertokoan yang berada di Jalan Benteng Pancasila, Kecamatan Magersari, Kota Mojokerto, Jawa Timur dengan kapasitas sekitar 236 lapak untuk merelokasi para PKL dari kawasan Joko Sambang (JS) dan Alun-alun Kota Mojokerto.

“Awal kami semua jualan di sini, lapaknya hanya berupa bangunan tanpa dinding, hanya ada dinding pembatas, itupun hanya setinggi sekitar 1 meter. Satu lapak, itu dibagi untuk empat pedagang,” tuturnya.

Masih kata perempuan asal Kauman, Kota Mojokerto, Jawa Timur itu, setelah para pedagang berjualan di komplek pertokoan itu, sedikit demi sedikit mengumpulkan uang hasil jualannya dan disisihkan untuk melakukan perbaikan lapak dan melengkapi kebutuhan.

“Jadi kami kasi sekat (pembatas) dengan triplek. Kami kan juga ingin barang dagangan kami aman. Kemudian sampai bisa pasang listrik di sini, bisa pasang rolling door juga. Itu inisiatif kami sendiri,” ujarnya.

Akibat tragedi tersebut, Rahayu berusaha memutar otak agar ia tetap bisa berjualan dan mencari rezeki. Perempuan tua itu berharap bantuan dari pemerintah bisa meringankannya untuk kembali memulai berjualan lagi. Rahayu menafsirkan kerugian yang dialaminya lebih dari Rp 50 juta.

“Kalau memang kami mau direlokasi lagi, dan lokasinya di Kedungsari, nanti kami pikir-pikir dulu. Karena kalau saya ke Kedungsari kan juga jauh, rumah saya di Kauman, saya sudah tua juga. Semoga saja pemerintah bisa meringankan kami semua,” harapnya.

Berdasarkan pantauan di lokasi, pasca kebakaran tampak garis polisi telah terbentang mengelilingi lokasi kebakaran untuk membatasi masyarakat yang hendak masuk ke dalam lokasi kebakaran. Selain itu, sejumlah pedagang juga tampak sibuk mengurai puing-puing kios miliknya untuk mencsri barang-barang yang masih bisa diselamatkan.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Z Arivin