MOJOKERTO, FaktualNews.co – SMA Negeri 1 Kota Mojokerto, Jawa Timur merupakan salah satu sekolah yang menerapkan pelajaran membatik dalam kurikulumnya. Dari kelas membatik tersebut, para siswa mampu membatik untuk seragam sekolah mereka sendiri.
Seperti yang dilakukan siswa yang saat ini duduk di kelas 11 dan 12, mereka telah mampu membuat batik hasil karyanya dan dijadikan seragam sekolah. Kemampuan membatik tersebut, telah dibekalkan sejak mereka duduk di kelas 10.
Cipta Sari, guru pelajaran Seni dan Budaya saat dikonfirmasi menjelaskan, pelajaran Seni dan Budaya di SMA Negeri 1 Kota Mojokerto dikonsentrasikan saat siswa kelas 10.
“Saat siswa kelas 10 menginjak semester genap, di situ nanti mulai ada pelajaran membatik. Nantinya, hasil membatik mereka digunakan untuk seragam saat mereka kelas 11 dan 12,” jelasnya, Senin, (2/10/2017).
Masih kata Cipta, adapun desain batik siswa yang akan digunakan sebagai seragam sekolah bebas menurut kreasi siswa masing-masing. Namun, yang terpenting tetap ada logo sekolah yang tergambar dalam batik tersebut. “Dalam satu semester tersebut, setiap siswa diminta membuat batik sebanyak satu lembar kain,” katanya.
Untuk mengantisipasi desain batik yang kurang bagus, Cipta tetap mengontrol meski para siswa bebas berkreasi. “Masing-masing anak membuat satu lembar kain ukuran 2 meter kali 115 centimeter,” tambahnya.
Tidak seluruh siswa dalam hal ini mahir membatik, sebagian para siswa ada yang sudah bisa namun ada juga dalam menggambar tidak lancar sehingga harus satu-satu diajarkan. “Dua jam pelajaran dalam satu minggu sangat kurang karena tidak semua siswa bisa membatik atau menggambar,” katanya.
Terpisah, Kepala SMAN I Kota Mojokerto, Suhariyono mengatakan, pelajaran membatik dimasukan dalam kurikulum karena dengan tujuan menyiapkan anak didik yang tidak bisa melanjutkan perguruan tinggi punya ketrampilan sendiri. “Ini sudah ditetapkan di Dinas Pendidikan menjadi pelajaran intra,” urainya.
Menurutnya, penetapan pelajaran membatik masuk ke intra sejak empat tahun lalu. Suhariyono menegaskan, jika SMAN I Kota Mojokerto merupakan sekolah kewirausahaan sehingga para siswa tidak hanya pandai dari sisi akademik tapi juga mempunyai ketrampilan atau skill yang bisa digunakan dalam sehari-hari.
“Dan sejak empat tahun lalu, hasil kain batik para siswa digunakan untuk seragam sekolah sendiri dengan tujuan ingin agar anak bisa bangga dengan apa yang telah dibuat dan begitu juga dengan orang tua. Jika ada karya nyata, itu memupuk rasa percaya diri berawal dari apa yang telah kerjakan, peroleh dan prestasi itu,” imbuhnya.
Tujuannya tidak lain yakni memberikan penghargaan kepada para siswa agar percaya diri. Selain para siswa, orang tua juga akan memberikan tanggapannya positif karena bisa dipakai oleh anaknya dan juga tidak lagi membeli seragam batik. Pihaknya menambahkan, ia tidak menentukan motif khusus dalam membuat batik tersebut.
“Sekolah membebaskan mereka membuat motif batik sendiri, hanya logo SMAN I saja yang harus ada karena untuk membedakan dengan sekolah lain. Selain itu juga warna, kita seragamkan. Tahun ini merah, tahun lalu biru, tujuannya hanya untuk membedakan kelas saja,” jelasnya.