FaktualNews.co

Kirab Getih Getah Majapahit, dari Tempat Sumpah Amukti Palapa hingga Perabuhan para Raja

Peristiwa     Dibaca : 1935 kali Penulis:
Kirab Getih Getah Majapahit, dari Tempat Sumpah Amukti Palapa hingga Perabuhan para Raja
FaktualNews.co/Khilmi S Jane/
Prosesi kirab pusaka atau Pataka Majapahit di Candi Brahu.

MOJOKERTO, FaktualNews.co – Untuk memperingati hari ulang tahun Majapahit yang ke-724, warga Mojokerto, Jawa Timur melangsungkan acara Getih Getah Majapahit di Candi Brahu, Trowulan, Mojokerto, Jum’at (10/11/2017).

Awal dari acara tersebut, merupakan kirab pusaka. Pusaka-pusaka Majapahit tersebut, diarak dari Pendopo Agung Trowulan menuju Candi Brahu yang berada di kawasan Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto.

Eko Prasetyo, Ketua Panitia Getih Getah Majapahit menjelaskan, dengan berlangsungnya acara tersebut, diharapkan mampu menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk bersama-sama memiliki Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

“Negeri yang berjuluk Nusantara pada jaman itu kan pernah jaya, itu merupakan negeri kita bersama. Maka dari itu, dengan ini kami berharap masyarakat akan timbul kesadaran untuk memiliki negeri ini,” ungkapnya.

Dengan acara tersebut, lanjut Eko, pihaknya lebih menekankan agar masyarakat bisa merenovasi diri nya sendiri agar meningkatkan rasa kebersamaan antar masyarakat Indonesia.

“Kami tekankan untuk merenovasi diri kita sendiri, agar lebih mencintai Nusantara. Dengan kegiatan bergotong royong untuk memiliki negeri ini, silaturahmi akan terjaga,” tambahnya.

Pemilihan rute kirab tersebut juga memiliki makna tersendiri. Menurut Eko, di Pendopo Agung Trowulan dulunya merupakan tempat pengucapan Sumpah Amukti Palapa oleh Patih Gajah Mada.

“Dari tempat Sumpah Amukti Palapa yang merupakan sumpah Patih Gajah Mada untuk mempersatukan Nusantara, kami berjalan menuju Candi Brahu yang merupakan tempat perabuhan para raja pada jaman dahulu,” katanya.

Tempat perabuhan, kata Eko, merupakan tempat penyucian raja-raja sebelum akhirnya di semayamkan. “Di Candi Brahu ini, dulu semacam tempat kremasi. Setelah dari sini, baru abunya disemayamkan,” jelasnya.

Dalam kirab pusaka atau Pataka Majapahit itu, sedikitnya ada 10 Pataka Majapahit yang diarak dari Pendopo Agung menuju Candi Brahu. “Dulu, masing-masing pataka ini pernah memegang peranan masingasing,” ujarnya.

Selain itu, setelah kirab sampai di Candi Brahu, sejumlah sesepuh juga melakukan rangkaian ritual. “Ritual ini merupakan bentuk kami untuk mendoakan leluhur. Ada juga beberala sesaji tadi, ini merupakan simbol rasa syukur kami, karena para leluhur sudah berjuang untuk kemerdekaan negara ini,” tandasnya.

Masih kata Eko, dalam ritual tersebut, ikut serta pula sejumlah keturunan raja-raja di Nusantara. “Salah satu juga ada raja dari Huristak yang ada di Sumatera. Ini tadi juga ikut melakukan ritual di Candi Brahu,” tuturnya.

Tondi Hasibuan – Patuan Daulat Sutan Palaon, Raja Huristak 12, mengatakan, acara tersebut merupakan salah satu bentuk untuk menjaga silaturahmi. “Seperti ini bisa menjaga silaturahmi, dulu kan kami memang memiliki hubungan baik dengan Kerajaan Majapahit,” ungkapnya.

Tondi Hasibuan mengaku, pihaknya telah dua kali ini berkunjung ke Mojokerto. “Sebenarnya saya sudah dua kali ke sini. Tapi kalau di acara HUT Majapahit, baru pertama ini saya ke sini,” tukasnya.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Z Arivin