Peristiwa

Unik, Jemaat Pakai Pakaian Adat saat Misa Natal

MOJOKERTO, FaktualNews.co – Perayaan natal di Gereja Katolik Santo Yosep, di Jalan Pemuda, Kota Mojokerto, Jawa Timur berjalan unik. Betapa tidak, setiap jemaat gereja yang mengikuti ibadah malam misa natal ini mengenakan pakaian adat Nusantara dari berbagai daerah di Indonesia.

Ada baju adat khas Jawa yakni kebaya, baju khas Minang, dari Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), sampai pakaian adat dari Papua. Semuanya menyatu dalam satu gereja saat ibadah Misa Natal, Minggu (24/12/2017) petang.

“Tema Natal tahun 2017 ini kita pakai tema Damai Sejahtera Nusantara. Kita pakai pesan panggilan hidup bernegara dan hidup menggereja,” terang Romo Gereja Katolik Santo Yosep Romo Agustinus Eko Wiyono.

Menurutnya, di Gereja Katolik, memang terkenal dengan slogan ‘Katolik Seratus Persen Indonesia’. Sehingga nuansa yang diterapkan dalam natal kali ini adalah nuansa Nusantara.

“Mengingat kita ini hidup bukan hanya aktif ke dalam, tapi juga ambil bagian dalam hidup kebangsaan,” imbuhnya.

Sementara itu, salah seorang jemaat asal Flores, Nusa Tenggara Timur yang sudah berdomisili di Mojokerto, John Lobo mengaku, ada kebanggan tersediri baginya tentang tema natal yang dipakai pihak gereja tahun ini. Menurutnya, dia bisa menunjukkan identitas aslinya dengan berpakaian adat NTT.

“Saya sangat menaruh apresiasi luar biasa tentang tema natal tahun ini. Kenapa? Karena saya bisa menunjukkan identitas asli saya, bahwa saya memang bagian suku yang ada di Indonesia,” terangnya.

Dengan tema yang diterapkan kali ini, John berharap kedamaian dan kebhinekaan yang sudah terajut selama ini tetap terjalin sampai kapanpun. Meski, serangan isu sara sangat gencar terjadi, terutama di media sosial.

“Ini kekayaan kita, kekayaan Indonesia. Dengan kebhihnekaan yang haronis, setiap orang bisa menunjukkan identitas masing-masing untuk keeksistensinya,” imbuh John.

Malam Misa Natal di Gereja Katolik Santo Yosep yang diikuti hampir 2.000 kemaat ini, berjalan khidmat dan damai. Meski mendapat pengawalan ketat dari pihak kopilisian dan Banser NU, hal itu tidak membuat para jemaat khawatir tentang adanya ancaman teror.