JOMBANG, FaktualNews.co – Dua tangan pengantin putri itu dihiasi lukisan henna sementara mempelai putra harum oleh wewangian. Para tamu berpesta dan menari sepanjang malam di dalam tenda yang berwarna-warni.
Dalam banyak hal, momen paling membahagiakan dalam kehidupan Shofika Begum (18) dan Saddam Hussein (23) itu tak ubahnya seperti apa yang dialami oleh pasangan pengantin di seluruh dunia.
Perbedaan mencoloknya adalah tempat mereka tinggal dan merayakan pernikahan. Iya, kedua mempelai itu tinggal dan merayakan pernikahan mereka di kamp pengungsian Kutupalong, satu di antara sejumlah pemukiman bambu dan plastik di distrik Cox’s Bazar, Banglades.
Di tempat itu setidaknya ada 660 ribu warga muslim Rohingya dari Myanmar yang tidak memiliki status kewarganegaraan. Mereka mencari perlindungan di wilayah Banglades itu sejak akhir Agustus lalu.
Kelompok militan Rohingya menyerang pasukan keamanan Myanmar pada 25 Agustus lalu. Aksi itu memicu serangan balik yang brutal dari pihak Myanmar. PBB menyebut reaksi Myanmar itu merupakan salah satu contoh bentuk pembersihan etnis.
Militer Myanmar mengatakan tindakan tegas yang mereka lakukan merupakan operasi kontra pemberontakan yang sah. Oleh karena itu dalam investigasi internalnya mereka membebaskan segala tuduhan tindak kekejaman yang diarahkan kepada pasukan mereka.
Kedua mempelai, Saddam dan Shofika, berasal dari desa yang sama. Yaitu Desa Kha Maung Seik di wilayah kota kecil Maungdaw Negara Bagian Rakhine, Myanmar. Bagi warga Rohingya, desa mereka lebih dikenal dengan sebutan Foira Bazar karena memiliki sekitar seribuan toko.
Keduanya merencanakan pernikahan itu bahkan sebelum meletusnya tragedi kekerasan di kampungnya. Saddam yang sebelumnya bertugas menjaga toko milik keluarganya itu mengatakan, ia dan keluarganya mengungai setelah pasukan militer Myanmar membakar rumah mereka.
Saddam sempat kehilangan kontak dengan Shofika beberapa minggu selama kekacauan itu terjadi. Beruntung keduanya bertemu di kamp pengungsian Kutupalong. Dan tiga bulan kemudian, keduanya melangsungkan pernikahannya.
Seorang pemuka agama memimpin doa dan melakukan upacara keagamaan untuk menikahkan Saddam dan Shofika. Sebuah upacara akad nikah sederhana di dalam sebuah tenda berhias selimut dengan corak yang semarak, dan hanya dihadiri oleh kaum lelaki.
Shofika dan keluarga perempuannya, sesuai tradisi yang dianut, berada di tenda terpisah selama upacara akad nikah berlangsung. Usai akad nikah pestapun dimulai. Makan besar disajikan di sebuah tenda besar untuk 20 tamu sekaligus. Seekor sapi disembelih sehari sebelumnya untuk hidangan pesta itu.