FaktualNews.co

Mantan Wartawan dan Aktivis Muda NU

Mengenal ‘Mas Yakin’, Pendamping Mbak Desy di Pilbup Nganjuk 2018

Politik     Dibaca : 2182 kali Penulis:
Mengenal ‘Mas Yakin’, Pendamping Mbak Desy di Pilbup Nganjuk 2018
FaktualNews/RM Gawat/
Pasangan Desy Natalia Widya (Mbak Desy)-Ainul Yakin (Mas Yakin), saat menerima dokumen hasil penelitian berkas pendaftaran Bacabup-Bacawabup di KPU Nganjuk

NGANJUK, FaktualNews.co – Ada enam nama bakal Cabup-Cawabup Nganjuk yang sudah resmi mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) beberapa waktu lalu. Enam nama tersebut yakni pasangan Novi Rahman Hidayat-Marhaen Djumadi, Siti Nurhayati-Bimantoro, dan Desy Natalia Widya-Ainul Yakin.

Nama terakhir diatas merupakan kader Partai NasDem yang ditugaskan mendampingi Desy Natalia Widya (Mbak Desy) dalam kontestasi Pilbup Nganjuk 2018. Namanya baru muncul saat-saat terakhir pembukaan pendaftaran Bacabup-Bacawabup Nganjuk di KPU.

FaktualNews.co berhasil mengantongi seluk-beluk Mas Yakin. Pria kelahiran Jember 3 Januari 1967 ini sebenarnya lebih familiar disapa Cak Niko. Namun, saat berlaga di Pilbup Nganjuk, ia lebih akrab dipanggil Mas Yakin atau bahkan Gus Yakin.

Pendidikan dasar sampai tingkat atas, diselesaikannya di Jember. Saat menempuh pendidikan atas, alumni MAN I Jember ini pernah menjadi santri di Ponpes Ashiddiqi Putra (Ashtra) yang diasuh oleh KH Ahmad Siddiq (Rois Aam PBNU 1984-1989).

“Pada tahun 1986, melanjutkan studi ke Surabaya di Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel, tamat tahun 1991. Lalu, pada tahun 2000 lanjutkan studi S-2 di PSDM Pemerintahan Universitas Airlangga, Surabaya,” ujar Yakin kepada FaktualNews.co

Suami dari Dra Farida Hanum (asal Gresik) ini bukan orang baru di dunia aktivis. Pengalaman organisasinya diawali menjadi Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Dakwah Surabaya IAIN Sunan Ampel (1989-1990).

Sementara di organisasi ekstra kampus, berproses melalui wadah PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) mulai tingkat Rayon sampai menjadi Ketua Umum Koorcab PMII Jawa Timur (1994-1996).

“Jadi, sejak di Jember saya nyantri di pondoknya tokoh NU, lalu menjadi aktivis mahasiswa yang kulturnya NU, bahkan PMII saat ini dalam AD-ART NU sudah ditetapkan sebagai Badan Otonom NU. Sudah PMII banget, dan insya Allah sangat NU,” beber Yakin.

Yakin menjelaskan, selama menjadi aktivis intra dan ekstra kampus, waktunya banyak dihabiskan untuk melakukan sejumlah kritik sosial atas berbagai kebijakan yang banyak di masyarakat, antara lain:

Pada tahun 1991 pernah menjadi motor penggerak aksi mahasiswa perkreditan rakyat Sumbangan Dana Sosial Berhadiah (SDSB), yang diikuti oleh mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Surabaya.

Peserta aksi dari IAIN Sunan Ampel merupakan jumlah terbesar yang terlibat dalam aksi tersebut. Mereka melakukan perjalanan panjang dari kampus IAIN Jl. A. Yani Surabaya menuju Gedung DPRD Jatim yang berjarak sekitar 15 km. Aksi ini oleh sekian banyak pengamat yang tergabung dalam acara Jatim pasca peristiwa MALARI.

Kritik-kritik “nakalnya” tidak berhenti sampai di situ. Pada tahun 1994, saat ia menjadi Ketua Umum PKC PMII Jatim, diadakan aksi yang lain juga pernah dilakukan.

Pertama, beberapa hari setelah dilantik menjadi Ketua Umum, PMII Jatim mengadakan tasyakuran atas terpilihnya Gus Dur sebagai Presiden Konferensi Dunia tentang Agama dan Perdamaian (WCRP) sekaligus penghargaan oleh jumlah tokoh non NU atas kepemimpinan Gus Dur di forum internasional tentang agama dan perdamaian tersebut JP, 1994).

Kedua, pada tanggal 6 September 1995 ratusan aktivis PMII Jatim berunjuk rasa di DPRD Jatim atas kasus plesetan Surat Al-Fatehah oleh Harmoko (Ketua DPR / MPR RI kala itu) pada acara “Grebek Dalang” di Solo (Memo, 7/9/1995) .

Ketiga, pada 19 Maret 1996, aktivis PMII se-Jatim melancarkan protes atas pernyataan Kasad Jendral TNI R. Hartono: “Cerita setiap anggota ABRI adalah kader Golkar”. Pernyataan ini dinilai oleh PMII sebagai kemunduran, karena saat itu ABRI sudah mulai mereposisi dirinya sebagai pilar demokrasi yang sedang netral dan tut wuri handayani (JP / SP, 19/3/1996).

Keempat, PMII Jatim yang dipimpin Mas Yakin melakukan demo terhadap keputusan pemerintah yang menganulir Ir. H. Sutjipto sebagai Ketua PDI Jatim yang terpilih di Musda PDI Jatim (JP / SP, 19/3/1996).

Kelima, protes keras juga dilakukan PMII Jatim atas intervensi pemerintah Orde Baru terhadap pimpinan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) Ketua Umum PBNU. Tema yang diangkat pada aksi ini antara lain: (i) Kasus pencekalan Gus Dur di Lamongan oleh bos pada acara Haul di Ponpes Siman, Sekaran, Lamongan, 11 Juni 1995 (JP, 19/6/1995); (ii) Kasus pemakzulan Gus Dur sebagai Ketua Umum PBNU hasil Muktamar NU di Singaparna, Cipasung, Jabar oleh pemerintah, yang merestui berdirinya “NU TANDINGAN” di bawah pimpinan Abu Hasan (JP, 13/1/1996). Dan, masih banyak lagi aksi dan protes yang ada saat ini PMII Jatim.

Pasca menyelesaikan tugas pengabdiannya di PMII Jatim, ayah dari tiga anak ini aktif dibeberapa organisasi dan LSM, antara lain: (1) Wakil Ketua Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKK-NU) Jatim (1992-2002); (2) Ketua Yayasan Bahari Indonesia (1997-1999); (3) Ketua DPD I Partai Umat Muslimin Indonesia (PUMI) Jawa Timur (1999-2001); (4) Wakil Ketua DPW Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jatim (2006-2009); (5) Ketua Pusat Kajian Demokrasi, HAM dan Lingkungan Hidup (PUKAD-HALI) Jatim (2001-sekarang); (6) Ketua Dewan Pembina Angkatan Muda Thareqat Islam (AMTI) Jatim (2005-sekarang); (7) Wakil Ketua Seniman Indonesia Anti Narkoba (SIAN) Jatim (2009-sekarang); (8) Wakil Ketua IKA-PMII Jatim (2010-2015), dan (9) Wakil Ketua ISNU Jatim (2013-2018); (10) Ormas NasDem Jawa Timur Bidang Pemuda dan Kemahasiswaan (2010);

Mas Yakin, mengawali karirnya dengan menjadi wartawan di Tabloid Warta NU, kemudian menjadi editor di sebuah penerbit di Surabaya dan menjadi wartawan pada Koran Kabinet terbitan Blora Center Jakarta (2005) yang kini berubah namanya menjadi Lumbung Informasi Rakyat (LirA).

Selain itu, Yakin juga pernah menjadi staf pengajar di FKM Universitas Airlangga Surabaya (1997). Pada tahun 2008, ia mendirikan Tabloid Kerja (tersegmentasi perburuhan) sekaligus menjadi Pemimpin Umum dan Pemimpin Redaksi di media ini.

Untuk menyalurkan hobby menulisnya, pada tahun 2010 pria asal Puger, Jember ini terbentuk penerbit Insanpena Publishing/ Pena Insani Publishing sebagai sutradara.

Mas Yakin pun menulis sejumlah buku, diantaranya yang telah terbit adalah: Pejuang Ulama, Ulama Pejuang, Biografi KH Sja’rani Tjokrosoedarso (2003), Meretas Kebuntuan Politik, Perjalanan Politik Dja’far Shodiq, Politisi NU Jawa Timur (2009); Mutiara Hikmah KH. Abdul Malik Baidhowi, Pendiri Ponpes Al-Ihsan, Jrengoan, Sampang (2010); SBY dan NU, Konstruksi Pemikiran dan Aksi (2010).

Selain itu, ia juga menjadi editor dalam jumlah buku, yaitu: Peta Pemikiran Sosiologi (2000), Birokrasi dan Pembentukan Masyarakat Sipil (2001), Hayono Isman, Bangkit di Tengah Tuntutan Jaman (2004), Memperkokoh Persatuan dan Kesatuan Bangsa (2008); SBY-Boediono, Terbaik (2009), Golput dan Partisipasi Politik Masyarakat (2011), Integritas Polri, Profil Polri Dari Masa ke Masa dan Ekspektasi Masyarakat (2011); Syaikhona Kholil Penentu Berdirinya Nahdlatul Ulama (2012); dan SANG PEMIMPIN: 10 Tahun Kepemimpinan RKH Fuad Amin Imron di Bangkalan (2012). Buku yang sedang dalam proses finishing, antara lain: Bawean Jendela Dunia; Etika dan Budaya Berlalu Lintas Dalam Perspektif Islam, Fikih Lalu Lintas, dan lain-lain. (za)

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Muhammad Syafi'i