MOJOKERTO, FaktualNews.co – Tingginya harga daging ayam di pasar tradisional Kabupaten Mojokerto tidak disebabkan oleh pasokan yang kurang atau langka. Melainkan diduga imbas dari pergantian tahun. Selain itu juga kenaikan harga bersumber dari peternak.
Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Dispedindag) Kabupaten Mojokerto, Bambang Purwanto memastikan, jika stok daging ayam di Kabupaten Mojokerto lebih dari cukup. Ia menampik jika kenaikan harga daging ayam akibat minimnya barang di pasaran.
“Hingga detik ini, stok dan pasokan daging ayam potong jenis broiler terbilang stabil dan terpenuhi setiap harinya,” ungkapnya, Sabtu (27/1/2018).
Menurutnya, stok barang di pasar masih melimpah, kendati harga daging ayam memang mengalami kenaikan. Ia menyatakan, harga daging ayam saat ini antara Rp32 ribu hingga Rp 34 ribu per kg di pasar tradisional.
“Karena harga nomalnya, dari data Disperindag di kisaran Rp28 ribu sampai Rp30 ribu per kg. Tapi ini masih wajar karena tingginya harga sudah terjadi dari tingkat produsen. Kalau naiknya dari produsenya kami bisa apa. Yang terpenting, dari kami stok terpenuhi. Begitupun saat kenaikan terjadi pada telor,” katanya.
Jika kenaikan harga terus terjadi mulai dari tingkat produsen, Disperindag mengaku tidak bisa berbuat banyak. Menurutnya, kenaikan di tingkat produsen, tentunya dipengaruhi oleh banyak faktor. Baik bibit ayam atau day old chicken (DOC)-nya yang mahal atau memang produksinya mulai merangkak naik.
“Apalagi sekarang ini, iklim juga ekstrim. Jadi, cukup rentan dengan penyakit sehingga dibutuhkan perawatan seperti obat-obatan dan vitamin,” jelasnya.
Dalam waktu dekat, Disperindag akan menggandeng Dinas Peternakan untuk melakukan assessment hingga tingkat peternak, terkait penyebab pasti harga ayam yang belakangan cenderung naik. Namun, pihaknya memastikan kenaikan harga daging ayam bukan karena daging langka.