Politik

Lebih Dekat dengan Pak Sub, Santri Kyai Ahmad Shidiq yang Berjihad di Politik

Pilbup Jombang 2018

JOMBANG, FaktualNews.co – Pak Sub adalah panggilan akrab dari M Subaidi Muhtar. Pria ini didaulat sebagai wakil dari Nyono Suharli Wihandoko dalam Pemilihan Bupati (Pilbup) Jombang 2018.

Pasangan Nyono-Subaidi telah resmi mendaftar sebagai bakal calon bupati (Bacabup) – bakal calon wakil bupati (Bacabup) Jombang ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) beberapa waktu lalu.

Nama Pak Sub, mulai dikenal masyarakat Jombang sejak laki-laki kelahiran Kabupaten Pamekasan, 12 Juli 1965 ini menjadi tokoh politisi di kota santri. Terkini, namanya kian populer saat memasuki tahapan Pilbup Jombang 2018.

Subaidi Muhtar dikenal publik kota santri karena kepiawaian dan kecerdasannya dalam berpolitik. Kepiawaian dan kecerdasannya dalam berpolitik ditempanya melalui proses panjang di Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Terjun ke dunia politik, bagi Pak Sub adalah ikhtiar untuk berjihad. Pengaruh kulturalnya di Nahdlatul Ulama (NU), membuat Pak Sub menjatuhkan pilihannya berjihad melalui dunia politik di PKB.

Pilihan khidmat ke NU melalui PKB, menurut Pak Sub, bukan hanya karena dia dilahirkan dari keluarga kyai NU di tanah Madura. Perjalanannya selama menjadi santri di Ponpes Ashiddiqi Putra (Ashtra) Kabupaten Jember, meyakinkan dirinya dalam ‘ber-PKB’, karena partai ini didirikan tokoh-tokon NU.

Sebagai santri dari KH Ahmad Siddiq, Pengasuh Ponpes Ashiddiqi Putra (Ashtra) Jember, sekaligus Rois Aam PBNU 1984-1989, mantan Ketua DPC PKB Kabupaten Jombang ini merasakan jiwa ke-NU-annya sudah tertanam kuat sejak dirinya nyantri.

“Saya sekolah di MTsN dan MAN Jember. Nah, selama menempuh pendidikan formal ini, saya sekaligus nyantri ke Kiai Ahmad Siddiq. Enam tahun saya mondok disana dan ketika itu ngajinya langsung kepada Kiai Ahmad Siddiq. Yaitu dari tahun 1978 sampai 1984,” kata Pak Sub.

Seperti diketahui, KH. Achmad Siddiq merupakan tokoh NU yang mampu merumuskan secara jelas hubungan antara Islam dan Pancasila. Pada awal tahun 1980-an konsep dan rumusan itu menjadi isu kontroversial dan hampir semua kalangan di negeri ini menolaknya, kecuali beberapa tokoh yang salah satu di antaranya adalah KH. Achmad Siddiq.

Dalam masalah ini, KH. Achmad Siddiq menjelaskan secara jernih bahwa Islam adalah agama dan Pancasila sebuah ideologi. Pancasila merupakan sesuatu yang sama pentingnya, tetapi tidak seperti agama.

Agama dan Pancasila tidak boleh dicampuradukkan, agama berasal dari wahyu sementara ideologi merupakan hasil pemikiran manusia, dan bagaimanapun juga sebuah ideologi tidak akan pernah mencapai derajat ke tingkat agama. Umat Islam boleh berideologi apa saja asalkan ideologinya tidak bertentangan dengan ajaran agamanya.

Pemikiran-pemikiran KH Ahmad Siddiq inilah yang banyak mempengaruhi cara berfikir dan bersikap Pak Sub sebagai santrinya. Salah satunya tentang persoalan kebangsaan yang diperjuangkan melalui NU dan PKB.

Pasangan Nyono Suharli Wihandoko-Subaidi Muchtar saat penyerahan rekomendasi dukungan dari Partai NasDem, Senin (8/1/2018).

Bahkan, sebelum masuk di PKB, Pak Sub sudah memperdalam pengetahuannya tentang kebangsaan melalui Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) saat masih menjadi mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisipol) di Universitas Darul Ulum (Undar) Jombang pada tahun 1984 sampai 1989.

Berkat kepiawaian dan kecerdasannya pula, Pak Sub mampu menjadi dosen di Fisipol Undar Jombang sejak tahun 1993 hingga 2010. Jadi, selain aktif di NU juga akademisi di perguruan tinggi.

“Kalau S-2, saya selesaikan di Fisipol Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta pada tahun 1997. Setelah itu saya mengabdikan diri untuk bangsa melalui NU, dan mendapat amanah menjadi Ketua Lakpesdam NU Jombang tahun 1997 – 2001,” beber Pak Sub.

Dalam perjalanan jihad politiknya, pria yang tinggal di Desa Mojongapit, Kecamatan/Kabupaten Jombang ini pernah menjadi Wakil Sekretaris Dewan Tanfidz DPC PKB Jombang 1998-2001, kemudian Sekretaris Dewan Tanfidz DPC PKB Jombang 2001-2006, dilanjutkan dengan menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Tanfidz DPC PKB Jombang 2006-2011, dan Wakil Sekretaris Dewan Tanfidz  DPW PKB Jawa Timur 2011-2016.

“Kalau amanah menjadi Ketua Dewan Tanfidz DPC PKB Jombang itu pada periode 2011 sampai 2016. Saat ini, sebagai Wakil Ketua Dewan Tanfidz DPW PKB Jawa Timur sejak 2016 hingga 2021 nanti,” paparnya.

Pak Sub memaparkan, kiprahnya menjadi wakil rakyat dimulai sejak masuk sebagai anggota DPRD Jombang pada tahun 2004-2009 dari fraksi PKB. Kemudian, sejak tahun 2014 lalu terpilih kembali dengan menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD Jombang hingga sekarang.

“Itu semua sebagai ijtihad untuk memberi manfaat kepada masyarakat. Dan selama saya dipercaya untuk mengemban amanah dari masyarakat, selama itu pula saya akan mempertaruhkan kemampuan saya untuk memperjuangkan keinginan baik masyarakat,” pungkas Pak Sub.