Internasional

Jalur Gaza Dilanda Krisis Listrik

YERUSALEM, FaktualNews.co – Jalur Gaza berada diambang bencana akibat krisis listrik yang melanda sejak tahun 2006.

Hal itu dikatakan Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), Selasa (6/2/2018), dilansir Anadolu Agency.

“Bahan bakar untuk sejumlah fasilitas penting di Gaza akan habis dalam sepuluh hari ke depan,” kata OCHA dalam sebuah pernyataan.

OCHA mengatakan, USD6,5 juta dibutuhkan untuk menyediakan 7,7 juta liter bahan bakar darurat di Gaza sepanjang tahun. “Ini adalah jumlah minimum yang diperlukan untuk mengatasi krisis,”

Gaza yang diduduki Israel, merupakan rumah bagi hampir dua juta orang, dan telah mengalami krisis listrik sejak 2006.

Krisis tersebut telah memicu sejumlah rumah sakit untuk menutup layanan mereka dalam beberapa hari terakhir.

OCHA memperkirakan bahwa 1,4 juta liter bahan bakar dibutuhkan setiap bulannya agar fasilitas penting di Gaza dapat terus beroperasi.

“Saat ini, hampir dua juta warga Palestina di Gaza – lebih dari setengahnya adalah anak-anak – hanya mendapat pasokan listrik tidak lebih dari delapan jam per hari,” tambah OCHA.

Roberto Valent, Koordinator Kemanusiaan untuk Palestina, meminta bantuan dari para pendonor untuk memastikan warga Palestina di Gaza mendapat akses kesehatan, air, dan sanitasi.

“Sejumlah rumah sakit sudah berhenti beroperasi. Tanpa bantuan dana, maka semakin banyak fasilitas yang akan tutup dalam beberapa pekan mendatang. Situasi ini akan terus memburuk. Kami tidak bisa membiarkan hal ini terus terjadi,” tegas dia.

Meskipun Jalur Gaza membutuhkan sekitar 600 megawatt listrik, saat ini Jalur Gaza hanya menerima 120 megawatt dari Israel, dan 32 megawatt dari Mesir.

Sementara itu, satu-satunya sumber tenaga pembangkit listrik Gaza hanya mampu menghasilkan 60 megawatt listrik.