JAKARTA, FaktualNews.co – Dalam enam bulan terakhir, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berada pada level terendah. Pada Kamis (8/2/2018) petang, nilai tukar berada pada level Rp13.605 per dolar AS.
Dilansir Anadolu Agency, Analis Global Market Bank Mega, James Evan Tumbuan mengungkapkan, pelemahan rupiah merupakan dampak dari menguatnya ekonomi Amerika Serikat yang juga menghantam negara-negara berkembang lainnya.
Rupiah sempat menembus level terkuat di angka Rp13.290 per dolar AS pada Kamis, 21 Januari yang lalu, dan kini terus tertekan hingga 2,34 persen dari titik terkuat tersebut.
Pada hari ini, rupiah tertekan sebesar 0,44 persen. Namun, tekanan terbesar dirasakan oleh yuan Tiongkok sebesar 0,77 persen, kemudian dolar Taiwan 0,49 persen, peso Filipina 0,46 persen, dan baht Thailand dengan 0,45 persen.
“Indeks dolar AS saat ini sudah sebesar 90.00, tapi BI [Bank Indonesia] belum terlalu intervensi karena mata uang regional secara garis besar juga melemah,” jelas dia.
Dolar AS secara teknikal menurut dia masih akan terus menguat. Namun, secara fundamental masih sangat tergantung dengan sentimen kondisi ekonomi di AS. Meski terus tertekan, Evan melihat rupiah masih belum akan tembus ke level Rp14.000 per dolar AS.
“Masih jauh untuk mencapai titik tersebut. Resistensi rupiah ada di angka Rp13.650 per dolar AS,” imbuh Evan.
Untuk bisa menguat, secara teknikal rupiah harus berada di angka Rp13.557. Selama rupiah masih di atas level tersebut, menurut dia, rupiah masih akan tertekan hingga titik tahan di level Rp13.650 per dolar AS.
“Mungkin hal yang membuat laju dolar tertahan yaitu jika data inflasi AS minggu depan jelek. Kita masih menunggu sentimen pasar yang baru,” tambah dia.