MOJOKERTO, FaktualNews.co – Komandan Kodim 0815 Mojokerto Letkol Kav Hermawan Weharima, menggelar rapat koordinasi Serapan Gabah Petani (Sergap) Tahun 2018 di Makodim 0815 Jalan Majapahit Nomor 1 Kota Mojokerto.
“Rakor Sergap ini digelar sebagai tindak lanjut dari hasil pelaksanaan Rakor Sergap Tahun 2018 di wilayah Jawa Timur yang diikuti Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI Arif Rahman dan Aster Kasad serta para Danrem, Dandim dan Ka Dinas Pertanian se-Jawa Timur, pada Kamis (08/02/2018) kemarin,” ucap Dandim saat membuka Rakor Sergap di Makodim 0815.
Dalam skema baru ini, lanjut Dandim, telah diatur tata cara penyerapan gabah petani, dengan alur Ka Sub Divre Bulog menerbitkan order pesanan gabah kepada Dandim. Berdasarkan dokumen order tersebut, Dandim bisa mengajukan permintaan dana kepada Bank BRI di masing-masing lokasi sebagai modal awal pembelian gabah petani.
Masih papar Dandim, Sergab ini dapat dilakukan dilokasi panen, rumah tangga petani, di penggilingan padi maupun di pedagang pengumpul. KTNA (Kontak Tani Nelayan Andalan) dan Penyuluh menjadi bagian (sub) dari order yang diterima Dandim. Untuk itu kepada pengurus dan anggota KTNA disemua tingkatan dapat segera melakukan langkah-langkah koordinasi dengan Kodim di wilayah masing masing.
“Harga gabah atau beras menyesuaikan dengan HPP atau fleksibilitas harga yang telah ditetapkan dengan catatan kualitas gabah maupun beras sesuai dengan ketentuan Bulog atau Permentan 31/Permentan/PP.130/8/2017,” jelasnya.
Target SERGAP ini untuk serapan bulan Pebruari – Mei 2018 dengan sasaran utama di 8 Provinsi, Yakni Jateng, Sumsel, Lampung, Jabar, Banten, DIY, Jatim, Sulsel. Namun demikian, hal itu dapat juga dilaksanakan diseluruh Indonesia.
“Dengan skema baru dan langkah-langkah ini, target penyerapan gabah beras oleh Bulog melalui Kodim periode Pebruari hingga Mei 2018 sebanyak 3.020.577 ton setara beras dengan rincian pada bulan Pebruari ditargetkan 683.411 ton, Maret 1.066.922 ton, April 733.250 ton dan Mei 536.994 ton,” tandasnya.
Perlu diketahui, beberapa waktu lalu, sejumlah Poktan di Mojokerto mengeluhkan sulitnya memasukan beras ke Bulog. Menurut pengakuan mereka, beras atau gabah yang dikirimkan ke Bulog memiliki kadar air yang cukup tinggi, sehingga tidak memenuhi syarat.
Bahkan para petani yang menggunakan jalur koramil-koramil agar beras atau gabahnya bisa diserap juga banyak yang gigit jari. Sehingga para Poktan lebih memilih menjual gabah dan berasnya ke Bulog di luar daerah, seperti Pasuruan.