Peristiwa

Wakapolri Intruksikan Jajarannya Ungkap Kasus Penyerangan Kiai

SURABAYA, FaktualNews.co – Peristiwa penyerangan terhadap kiai atau pemuka agama yang kerap terjadi belakangan ini dikatakan Wakapolri Komjen Pol Syafruddin lebih banyak hoaks atau kabar bohong.

Ia mencontohkan yang terjadi di Jawa Barat, ada 13 kasus penyerangan yang dikabarkan dan setelah ditelusuri rupanya hanya dua yang benar terjadi.

Sedangkan di Jawa Timur juga hanya ada dua dari semua yang diberitakan. “Jadi 95 persen informasi penyerangan terhadap kiai itu hoaks,” ujar Wakapolri usai bertemu dengan ulama di Masjid Arif Nurul Huda Mapolda Jatim, Rabu (21/02/2018).

Mengantisipasi hal lebih buruk bakal terjadi, Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla kemudian memanggil Kapolri Jenderal Tito Karnavian dan Wakapolri Komjen Pol Syafruddin agar instansi yang ia pimpin lebih serius menangani isu tersebut.

Menindaklanjuti perintah Presiden, kepolisian telah menurunkan tiga tim satuan tugas. Disebar di sejumlah daerah yang ada di Jawa Barat, Jawa Timur dan DIY Yogyakarta.

“Isunya besar di tiga daerah ini. Setelah dapat perintah langsung (kita) tindaklanjuti dengan ke Jabar. Tadinya mau ke Yogyakarta tapi langsung dan ke Jatim karena kiai sudah menunggu,” ujarnya.

Kedatangannya ke Jatim pun, dikatakan orang nomor dua di lingkungan Polri ini guna mensupervisi kerja dari wilayah yakni Polda dan jajarannya. Maupun tim Satgas yang turun. Untuk pelaku penyebar kabar bohong, dirinya mengungkapkan, polisi telah mengetahui identitasnya.

“Isu yang dibangun oleh orang tertentu, sudah ketahuan siapa pelakunya dan akan dikembangkan. Pelaku akan dijerat UU ITE, karena mendesain informasi hoaks. Bukan karena mendesain penyerangan itu,” jelasnya.

Saat disinggung apakah ada motif politik dalam kasus penyerangan terhadap rumah ibadah dan pemuka agama yang belakangan ini terjadi, Syafruddin membantahnya.

“Kita tidak perlu memperdulikan itu, mau ada motif apa. Saya memerintahkan kepada seluruh jajaran, satgas yang sudah kita bentuk untuk mengungkap kasus ini sampai tuntas,” tandasnya.

Ia menambahkan soal pelaku merupakan orang gila harus diinvestigasi sangat mendalam. “Itu perintah dari pimpinan Polri, kalau ada motif lain tidak berhenti sampai orang gila, orang gila selesai? Itu tidak boleh, harus sampai selesai, sampai tuntas, sampai ketemu motifnya apa. Sudah didalami,” pungkasnya.

Dalam kesempatan yang sama, wakil Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Miftachul Akhyar mengatakan, terkait isu penyerangan kepada kiai, pihaknya sudah memberi klarifikasi kepada santri agar tak ada aksi balasan.

“Santri kan biasa mengamankan kiainya. Walaupun kiai sendiri tidak ada masalah. Semua isu itu harus melalui klarifikasi. Agar tidak ada kejadian itu lagi, kiai akan mendinginkan santri,” kata dia.

Dia menegaskan, kondisi sampai saat ini masih aman-aman saja meskipun pemberitaan terkait penyerangan kiai semakin besar.

“Buktinya para kiai datang ke Polda beberapa kali selama seminggu dan aman-aman saja. Itu sudah risiko kiai. Ujiannya berat, tapi dengan ketenangan dan kepasrahan total agar menciptakan ketenangan kepada masyarakat,” tandasnya.(M. Dofir)