Ekonomi

Lamongan Jadi Barometer Pertanian Jagung Modern

LAMONGAN, FaktualNews.co – Wakil Ketua Dewan Jagung Nasional, Sidi Asmono, mengungkapkan bahwa Kabupaten Lamongan pada dua tahun kedepan bisa memproduksi jagung hingga 1 juta ton.

Diketahui, Lamongan beberapa tahun ini memang mengalami lonjakan produksi jagung dari 323 ton di tahun 2015, naik menjadi 372 ton pada 2016, kemudian pada tahun 2017 menjadi 571 ton pada 2017.

Dari catatan Dewan Nasional Jagung, produksi yang dicapai Lamongan di 2017 itu adalah yang tertinggi. “Ini bisa menjadi rekor baru, baik dari sisi produksi maupun produktivitasnya,” kata Sidi, Sabtu (24/2/2018).

“Lamongan saat ini sudah menjadi buah bibir nasional, sekaligus barometer bagi agribisnis jagung. Bahkan banyak pihak di luar negeri yang bertanya-tanya, soal Lamongan yang dikatakan sebagai mini Iowa.”

Ia melihat apa yang diraih Lamongan saat ini adalah buah dari kebijakan bupatinya yang sangat pro pertanian dan pro petani, melalui program pertanian jagung modern.

“Lahan percontohan seluas 100 hektare yang dibuka usia belajar dari Iowa Amerika Serikat sukses diaplikasi oleh petani Lamongan di luar kawasan. Kini petani Lamongan sudah naik kelas, dari yang semula hanya mau menggunakan benih lokal, kini bahkan sudah familiar dengan hibirida plus,” tutur Sidi.

Karena itu dia melihat ada peluang besar, produksi jagung Lamongan dalam 2 hingga 3 tahun mendatang bisa menyentuh angka psikologis 1 juta ton. Itu berarti 1/20 dari kebutuhan jagung nasional.

Capaian Lamongan ini rupanya sudah menginspirasi banyak daerah lain. Seperti Kabupaten Kuningan, Banten, Bangka Belitung dan Kutai Kertanegara.

Sementara Bupati Fadeli menyampaikan terima kasihnya pada petani Lamongan yang mau diajak berubah. Dari yang sebelumnya konvensional, hanya meneruskan kebiasaan lama, kini mau menanam dengan pola yang benar.

“Biasanya petani itu sangat susah berubah, untuk menggunakan metode atau pola tanam yang baru. Ini Saya kira karena hasil nyata di lahan percontohan 100 hektare Desa Banyubang, sukses menginspirasi petani lain untuk menerapkan pertanian modern,” tegasnya dikesempatan yang sama.

Petani saat ini, lanjut Fadeli, sudah mau menggunakan benih unggul, penggunaan pupuk kandang sudah sesuai anjuran, penanaman juga secara spesifik diatur jaraknya.

Menurutnya, peningkatan produksi dan produktivitas ini secara langsung berimplikasi pada kesejahteraan petani. Salah satu indikator kesejahteraan petani, yakni Nilai Tukar Petani (NTP), saat ini di Lamongan naik dari 102 menjadi 104,66.

Soal pemasaran, dia menjamin tidak akan ada kesulitan yang dialami petani. Sudah ada produsen pupuk yang memiliki pabrik di Kecamatan Brondong, PT Esa Sampuran, yang sanggup membeli berapapun jagung petani dengan harga Rp 3.200 perkilogram, dengan kadar air 17 persen.

Sedangkan Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Panji Laras Desa Dadapan Kecamatan Solokuro mengungkapkan produktivitas jagung di desanya melonjak luar biasa usai menerapkan pola pertanian modern.

Sebelumnya, hanya berkisar antara 6 hingga 7 ton perhektare. Sementara dalam panen raya kali ini rata-ratanya sudah mencapai 11,3 ton perhektare.

Bahkan ada 2 lahan jagung petani Dadapan yang produktivitasnya di atas 12 ton perhektare. Milik Hj Karning mencapai 12,336 ton perhektare, dan milik Husnan mencatat produktivitas 12,145 ton perhektare.

Secara keseluruhan, produksi jagung Lamongan pada periode Januari hingga Desember 2017 sebesar 571.080 ton. Itu dicapai dari luas panen 68.043 hektare dengan rata-rata produktivitasnya 83,93 kwintal perhektare.