Peristiwa

Masuk Tahun Politik, Polres Trenggalek Lantunkan Shalawat Bersama Habib Syech

TRENGGALEK, FaktualNews.co – Demi terciptanya situasi Kamtibmas yang kondusif serta mengantisipasi maraknya berita hoax menjelang pesta demokrasi di tahun 2018-2019, Polres Trenggalek menggelar shalawat bersama dengan menghadirkan Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf.

“Acara ‘Polres Trenggalek bershalawat’ ini sengaja kami gelar, sebagai sarana silaturrahmi dengan masyarakat. Sekaligus sebagai media pemersatu umat muslim di Trenggalek ditengah maraknya berita hoax, isu Sara dan ujaran kebencian,” kata Kapolres Trenggalek, AKBP Didit Bambang Wibowo S, Minggu (18/3/2018).

Dikatakan, masyarakat harus cerdas dan berhati-hati dalam mencermati berita hoax yang sedang marak dan di sebarluaskan melalui media sosial dengan tujuan untuk memecah belah bangsa.

“Mari kita berdoa bersama-sama agar bangsa Indonesia, khususnya Kabupaten Trenggalek selalu dalam keadaan aman, kondusif,” ajaknya.

AKBP Didit menegaskan, kegiatan ini sama sekali tidak ada tendensi politik. Justru sebaliknya, bershalawat bersama masyarakat bisa menurunkan tensi politik dimana dalam satu waktu dan tempat yang sama, masyarakat berkumpul tanpa memandang pilihan yang berbeda.

“Sama sekali tidak ada tendensi politik, ini semua murni ibadah,” tegasnya.

Sementara, Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf dalam sambutanya, menyikapi penyebaran berita hoax seperti setan yang melepas kuda. Kuda tersebut kemudian berlari kesana kemari yang berdampak rusaknya tanaman disekitar kebun. Alhasil terjadi pertikaian antara pemilik kebun dan pemilik kuda.

“Ini yang terjadi sekarang. Penyebar hoax jika ditanya jawabnya saya hanya mengutip orang lain. Sama seperti setan yang hanya melepas kuda. Berapa orang yang sudah menjadi korban,” katanya.

Untuk itu, lanjutnya, dia mengajak seluruh bangsa Indonesia, kalau mendapat berita hoax, buang, jangan di teruskan. “Jadilah muslim yang selalu membawa kesejukan bagi muslim yang lain,” ujarnya.

Terkait dengan tahun politik, dia berpesan agar masyarakat tidak mudah terprovokasi dan selalu menjaga kerukunan. Kalau sudah terpecah belah yang rugi adalah masyarakat sendiri.

“Walaupun ada perbedaan yang di pilih, tapi ojo podo padu (jangan bertengkar-red),” pungkas AKBP Didit. (Suparni/PB)