Ini Dua Menu Sarapan yang Harus Diperhatikan Penderita Diabetes
SURABAYA, FaktualNews.co – Sarapan menjadi kewajiban bagi setiap orang. Sarapan penting karena bisa meningkatkan energi untuk beraktivitas. Terlebih, bagi pengidap obesitas dan diabetes tipe 2, sejak pagi harus punya jadwal makan teratur.
Mereka pada dasarnya harus mengontrol berat badan agar tidak mengalami lonjakan kada gula darah. Porsi makannya juga harus diatur lebih baik supaya mencukupi kebutuhan porsi makan yang tepat. Di saat sarapan, orang dengan obesitas dan masalah diabetes harus sarapan dengan menu tinggi protein.
Demikian dilansir Zeenews, Selasa (20/3/2018), berdasarkan studi, seseorang yang mencukupi asupan sarapan dengan tinggi protein, tubuhnya lebih berenergi, terutama saat mengawali aktivitas. Anda harus mengaturnya agar tidak melewatkan manfaat tersebut.
“Pasien diabetes dan obesitas harus makan tiga kali sehari, supaya berat badan stabil, mencegah lapar dan tidak memicu lonjakan kadar gula darah,” ujar Peneliti Daniela Jakubowicz dari Universitas Tel Aviv.
Sebab, perubahan jam biologis seorang penderita gangguan kesehatan itu cepat berubah. Seiiring dengan itu, metabolisme tubuh tetap terganggu. Terlebih, saat tidur malam, seseorang puasa tidak makan dan minum.
Saat bangun, perut akan kosong dan terasa lapar sekali. Di saat itu, Anda harus mengisi energi dengan makanan sehat. Termasuk makan aneka pilihan daging, telur, buah-buahan, hingga sayuran segar.
“Paling sederhana di pagi hari makan roti gandum atau oatmeal yang mudah dicerna,” imbuh Daniela.
Dalam studi ini, Daniela dan rekan-rekannya mempelajari 11 wanita dan 18 pria yang menderita obesitas dan diabetes tipe 2. Usianya rata-rata 69 tahun. Para responden it menjalani studi dengan melakukan diet berbeda-beda.
Satu kelompok makan tiga kali, sarapan besar, makan siang berukuran sedang dan makan malam dengan porsi makan kecil. Kelompok kedua diberi makanan sehat, khusus penderita diabetes dan penurunan berat badan, termasuk tiga makanan ringan.
Kadar glukosa tubuhnya dipantau selama 14 hari. Responden yang terlibat dalam studi ini benar-benar menjalankan diet sehat dan baik. Asupan makanan mereka diperhatikan penuh.
Pada tiga bulan, sementara kelompok pertama hampir semua responde mengalami penurunan berat badan 5 kilogram. Sementara kelompok kedua, hampir semua peserta mengalami penurunan berar badan hingga 1,4 kilogram. Tingkat glukosa rata-rata selama tidur hanya turun pada kelompok kedua, yaitu 24 mg/dL. Ketahanan karbohidrat dan kelaparan menurun secara signifikan pada kelompok kedua.
“Diet dengan waktu dan frekuensi makan yang cukup, memiliki peran penting dalam pengendalian glukosa dan penurunan berat badan,” terang Daniela.
Penelitian ini dipresentasikan pada ENDO 2018, pertemuan tahunan ke-100 Masyarakat Endokrin di Chicago, Illinois.