MOJOKERTO, FaktualNews.co – Dalam rangka memperingati Hari Air Sedunia 2018, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mojokerto bersama masyarakat melakukan aksi tanam pohon sebanyak 4.000 pohon di sumber mata air Genitri dan Gunung Kejen, Tahura R Soerjo, Desa Claket, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto, Kamis (22/3/2018).
Aksi ini untuk melestarikan sumber daya air dan menjaga wilayah hulu Sungai Brantas.
Untuk diketahui, berdasarkan hasil peninjauan dari YLHS, telah terjadi penurunan debit mata air di Desa Claket, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto yang merupakan desa penyangga dari Taman Hutan Rakyat R. Soerjo.
Kawasan Hutan Welirang merupakan area yang sangat strategis bagi proses pembangunan segala sektor di Jawa Timur. Hutan dengan luas lebih dari 50.000 ribu hektar yang terdiri dari hutan konservasi, hutan lindung dan produksi, memiliki 5 Sub DAS utama yang telah menopang 60 persen atau setara dengan 23 juta kehidupan masyarakat Jawa Timur.
Ada 10 jenis tanaman yang akan ditanam kali ini. Masing-masing memiliki fungsi yang berbeda. 10 jenis pohon tersebut diantaranya, pohon beringin, pohon bulu, pohon bambu dan pohon gondang berfungsi untuk menyimpan air hujan.
Wakil Bupati Mojokerto, Pungkasiadi mengatakan, kegiatan semacam ini dinilai mampu memanage kebutuhan air di suatu daerah. “Kita berharapnya kan dengan penanaman pohon di wilayah pegunungan seperti ini bisa menjadi tendon air untuk suatu daerah. Jadi saat musim penghujan air tidak berlebih dan saat musim kemarau juga kita tidak kekurangan air,” ungkapnya, Kamis (22/3/2018).
Pungkasiadi berharap, kegiatan serupa bisa dilangsungkan rutin setiap tahun. “Di lokasi ini sudah dua kali ini dilakukan kegiatan tanam pohon. Kami berharap tahun-tahun selanjutnya acara seperti ini tetap bsia diadakan untuk menjaga alam kita,” harapnya.
Dalam acara ini, hadir pula Wakil Bupati Mojokerto, Pungkasiadi, Direktur Lingkungan Hidup Seloliman (YLHS) Suroso, Kepala Perhutani Indra, dan Komandan Distrik Militer Mojokerto (Dandim) Letkol Kav Hermawan Weharima, dan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Mojokerto, Zainul Arifi. (*)