MOJOKERTO, FaktualNews.co – Jalur penyelamat yang dibangun di kawasan rawan kecelakaan di Jalur alternatif penghubung Kabupaten Mojokerto dengan Kota Batu tersebut nyatanya belum memberikan dampak yang positif.
Jalur penyelamat yang dibangun pada tahun 2017 lalu itu dinilai tidak mampu memberikan solusi untuk mengurangi jumlah kejadian kecelakaan dan fatalitas korban kecelakan di jalur Cangar.
Hal itu diungkapkan sejumlah pengguna jalan yang melintas di jalur Cangar. Rohman (21), warga asal Desa/Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto yang melintas di jalur tersebut mengatakan, bangunan jalur penyelamat itu sangat menakutkan bagi para pengguna jalan yang remnya tidak berfungsi.
“Sangat menakutkan, soalnya bangunannya menanjak, dan ujung bangunan itu seperti jurang, dalam. Iya kalau kendaraan yang rem blong masuk jalur penyelamat kemudian bisa berhenti, aman. Tapi kalau tidak berhenti, bagaimana? Apalagi kecepatan tinggi, bisa lolos, malah bias-bisa lebih parah, apalagi mobil yang rem blong,” katanya saat ditemui FaktualNews.co di jalur Cangar, Jumat (23/3/2018).
Lokasi penempatan jalur penyelamat itu pun juga dianggap tidak strategis. Seperti disampaikan Hasan (30), warga asal Malang yang saat itu juga melintas di jalur tersebut. “Kurang strategis, karena itu disediakan untuk orang rem blong, iya kalau pas mendekatijalur penyelamat tidak masalah, kalau pasjauh dari jalur penyelamat bagaiaman?” katanya.
Jalur penyelamat tersebut, dibangun di selatan tikungan Gotean, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto. Berdasarkan pantauan di lapangan, di sekitar lokasi jalur penyelamat ini kejadian kecelakan akibat rem kendaraan tidak berfungsi sangat tinggi. Bahkan, hampir setiap minggu, di sekitar tikungan Gotean selalu ada kejadian kecelakaan akibat rem kendaraan tidak berfungsi.
Seperti dikatakan Kasiyanto, warga setempat saat ditemui FaktualNews. Kasiyanto mengatakan, setiap satu minggu, kecelakaan yang terjadi akibat rem kendaraan tidak berfungsi ini mencapai sekitar tiga hingga lima kejadian kecelakaan. Bahkan, saat momen libur panjang, jumlah kecelakaan di jalur tersebut bisa meningkat dua kali lipat dari hari biasanya.
“Rata-rata kejadian itu hari Minggu. Kalau hari libur gitu rata-rata banyak yang kecelakan di sini. Banyak pengendara yang tidak tahu medan jalur Cangar, ini yang sering jadi korban kecelakaan di sini,” ujarnya.
Kasiyanto menambahkan, saat malam hari, jalur penyelamat itu tidak terlihat. Hal itu dikarenakan minimnya penerangan yang ada di sekitar jalur penyelamat itu. “Cuma ada lampu indikator warna kuning itu saja. Kalau lampu penerangan belum ada, jadi tidak kelihatan kalau malam,” tambahnya.
Menurutnya, material berupa ban bekas yang ditata di jalur penyelamat ini juga dinilai kurang efektif untuk menghentikan laju kendaraan yang mengalami rem blong. “Kalau ban ya kemungkinan kecil kendaraan bisa berhenti dengan aman saat masuk ke jalur penyelamat. Paling tidak diganti saja pakai sekam dan hati jagung, mungkin itu bisa lebih aman dan efektif,” tuturnya.
Untuk diketahui, jalur Cangar tersebut memiliki medan tanjakan dan turunan yang tajam. Jalur ini sering dijadikan alternatif para pengguna jalan untuk menghindari kemacetan di kawasan Malang dan Kota Batu saat musim liburan.
Biasanya, volume kendaran yang melintas di jalur Cangar ini tampak mengalami peningkatan saat hari Sabtu dan Minggu. Banyak pengguna jalan yang memilih melintas di jalur tersebut hanya untuk menghindari kemacetan di jalur Surabaya-Malang.