Melihat Lebih Dekat Fenomena Sumur Umup di Mojokerto
MOJOKERTO, FaktualNews.co – Fenomena alam unik berupa air yang tiba-tiba tampak mendidih terjadi di Mojokerto. Fenomena tersebut terjadi di sebuah sumur yang berada di Dusun Bekucuk, Desa Tempuran, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.
Warga setempat menyebut sumur itu dengan sebutan Sumur Umup atau Sumur Balan. Kata umup sendiri diambil dari bahasa jawa yang artinya mendidih. Air dalam sumur tersebut tampak seperti air mendidih lantaran beberapa kali mengeluarkan gelembung udara dari dasar sumur.
Kepala Desa Tempuran, Durman mengatakan, sumur tersebut sudah ada sejak jaman nenek moyangnya dulu. “Sejak nenek moyang dulu seperti sumur ini sudah ada, ya memang seperti itu, tiba-tiba airnya seperti mendidih,” jelasnya.
Durman menjelaskan, sumur dengan lebar sekitar dua meter persegi dan memiliki kedalaman sekitar tiga hingga empat meter itu memiliki tiga sumber air yang berada di dasar sumur. “Sumbernya sangat besar, ada tiga titik di tiga sudut dasar sumur,” ucapnya.
Sumber air itu sejak dulu hingga saat ini masih terus memancarkan air yang jernih dan deras. Walaupun demikian, air itu tidak pernah meluber dari sumur. Setiap hari, air sumur selalu tampak penuh.
Penyebab air sumur itu tampak seperti mendidih, kata Durman, dari dalam tanah yang berada di sekitar sumur tersebut sejak dulu memiliki kandungan biogas. Gelembung-gelembung air tersebut diduga hasil dari kandungan biogas yang berada di dasar sumur menguap.
Bahkan, saat kandungan biogasnya masih kuat dulu, warga bisa membuat api untuk memasak dengan cara membuat sedikit lubang di sekitar sumur.
“Saya waktu kecil dulu sering main ke sini. Setelah bikin lubang sedikit, kemudian kita buat api, sudah bisa dibuat bakar jagung dan bakar ketela dulu apinya,” tuturnya.
Namun, semenjak adanya pengeboran yang dilakukan sejumlah pihak karena kepentingan perusahaan yang lokasi pengeborannya tidak jauh dari lokasi sumur itu, kandungan biogasnya sudah tak sekuat dulu.
“Sekitar tahun 1992-1993, apinya sudah tidak bisa nyala lagi. Tapi air sumur yang seperti mendidih itu tetap tampak,” tambahnya.
Durman mengaku sempat merasa penasaran dengan dasar sumur itu. Suatu ketika, pihaknya mencoba menguras habis air dalam sumur itu. Saat airnya berhasil dikuras olehnya, betapa terkejutnya saat melihat dinding sumur yang berupa tatanan batu bata kuno.
“Sekitar kedalaman tiga meter, dinding sumur dari batu bata kuno. Semenjak itu, kami pemerintah desa merenovasi sumur dengan menambahkan pondasi batu sungai di atas pondasi batu bata merah di sumur itu,” bebernya.
Semenjak itu, setiap hendak memasuki bulan suci ramadan, Pemerintah Desa Tempuran selalu menguras dan membersihkan sumur tersebut. Air sumur tersebut juga dipercaya memiliki berbagai khasiat.
“Namnya kepercayaan ya beda-beda, ada sebagian warga yang percaya kalau air sumur ini bisa mempercepat penyembuhan luka, menyembuhkan penyakit kulit juga bisa,” ulasnya.
Saat disinggung apakah sumur tersebut merupakan salah satu peninggalan kerajaan Majapahit, Durman masih tidak bisa memastikan apakah sumur itu benar-benar benda cagar budaya.
Hal itu dikarenakan pihak Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) belum secara resmi mengakui sumur tersebut sebagai benda cagar budaya yang wajib dilestarikan.
“Kalau Pemerintah Daerah sendiri saya rasa sudah ada respon. Karena lahan sekitar sumur ini saat sini posisinya sudah dibeli oleh Disporabudpar Kabupaten Mojokerto. Tapi masalah ini benda cagar budaya atau bukan, kami tidak berani memastikan,” kata Durman.
Durman berharap, kedepan pemerintah daerah dan masyarakat bisa ikut bersama-sama menjaga adanya situs-situs kuno yang ada di sekitar wilayah Kabupaten Mojokerto. Hal itu dikarenakan untuk mengantisipasi adanya kasus-kasus pencurian dan pengerusakan benda cagar budaya.
“Namanya benda sejarah, itu kan sangat berharga bagi kami. Daripada cerita sejarah itu banyak yang hilang. Maka dari itu, mari kita sama-sama mrnjaga adanya benda-benda cagar budaya,” harapnya.